JAKARTA, KOMPAS.com - Tenaga Ahli Kantor Staf Presiden (KSP) Edy Priyono mengeklaim strategi "gas dan rem" yang diterapkan Presiden Joko Widodo berhasil menjaga daya tahan ekonomi Indonesia pada masa pandemi Covid-19 dan ketidakpastian global.
Edy mengatakan, sejak awal Jokowi konsisten menjaga keseimbangan antara aspek kesehatan dan ekonomi dalam penanganan Covid-19 melalui pendekatan 'gas dan rem' tersebut.
"Sekarang terbukti bahwa strategi 'gas dan rem' Presiden Jokowi hasilnya sangat baik. Tidak hanya pada penanganan pandemi, tapi juga pemulihan ekonominya,” kata Edy dalam siaran pers, Selasa (19/7/2022).
Edy menuturkan, meski awalnya dikritik, strategi itu berhasil membawa ekonomi Indonesia pulih dan tumbuh dengan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,01 persen pada triwulan pertama tahun 2022.
Baca juga: Evaluasi PPKM, Jokowi Minta Kepala Daerah Seimbangkan Gas dan Rem
Ia juga mengeklaim, pemerintah konsisten mengendalikan inflasi di mana inflasi di Indonesia masih tergolong lebih baik dibandingkan negara lain meski mencapai 4,35 persen pada Juni 2022.
Ia menjelaskan, pengendalian inflasi itu dilakukan melalui kebijakan moneter dan fiskal.
Dari sektor moneter, Bank Indonesia masih mempertahankan suku bunga acuan tetapi di sisi lain meningkatkan giro wajib minimum agar jumlah uang beredar tidak terlalu besar.
Sementara itu, dari sisi fiskal, pemerintah menganggarkan subsidi dan kompensasi untuk energi baik bahan bakar minyak, listrik, dan elpiji.
"Karena kita tahu bahwa kenaikan harga BBM dan gas bersubsidi akan bisa memicu kenaikan harga berbagai barang dan jasa yang berimplikasi pada angka inflasi yang lebih tinggi lagi," kata dia.
Edy menambahkan, pemerintah juga berupaya menunrunkan angka pengangguran melalui pertumbuhan ekonomi atau pelatihan untuk memberikan bekal kepada calon pekerja.
Ia mengatakan, sejauh ini pertumbuhan ekonomi telah menurunkan angka pengangguran dari 6,49 persen pada Agustus 2021 menjadi 5,83 persen pada Februari 2022.
"Memang belum sepenuhnya kembali ke kondisi sebelum pandemi, yakni 5,28 persen per Agustus 2019," kata Edy.
Dikutip dari Kontan.co.id, di tengah berbagai peristiwa global yang meningkatkan ketidakpastian, Dana Moneter Internasional (IMF) menyiratkan Indonesia menjadi salah satu negara yang bakal aman dari jurang resesi pada tahun 2022.
“Indonesia kami perkirakan akan menyelesaikan tahun 2022 dengan sehat dan bahkan bisa mencatat pertumbuhan positif. Pun dengan tahun 2023,” tutur Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva saat ditemui awak media di Sarinah, Jakarta Pusat, Minggu (17/7).
Baca juga: Moeldoko: PPKM Level 3 Saat Nataru Batal karena Kebijakan Gas dan Rem Jokowi
Georgieva mengungkapkan, kondisi fundamental masih baik, dengan pertumbuhan ekonomi yang solid pada kuartal I-2022 dan juga kondisi inflasi yang cenderung lebih rendah daripada negara-negara lain.
Selain itu, rasio utang Indonesia terhadap produk domestik bruto (PDB) juga dinilai cenderung lebih rendah dari negara-negara lain. Dengan kata lain, Georgieva menilai, Indonesia masih bisa mengelola utang dengan baik.
Meski begitu, Georgieva juga meminta Indonesia untuk waspada akan kondisi perekonomian global. Pasalnya, mau tak mau ini juga memengaruhi kondisi perekonomian Indonesia termasuk dalam hal inflasi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.