Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Toto TIS Suparto
Editor Buku Lepas, Ghostwritter

Editor Buku

Tafsir Teguran Jokowi kepada Mendag Zulkifli Hasan

Kompas.com - 13/07/2022, 11:42 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

BELUM genap sebulan bekerja, Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan sudah ditegur Presiden Joko Widodo.

Teguran Jokowi dilakukan secara terbuka. Barangkali agar publik tahu bahwa sebagai Presiden, ia harus menegur menteri yang tidak fokus kerja, tidak fokus mendahulukan kepentingan rakyat.

Begini kata Presiden: "Saya minta semua menteri fokus bekerja. Kalau Menteri Perdagangan, ya urus yang paling penting seperti yang saya tugaskan kemarin, bagaimana menurunkan harga minyak goreng".

Hal tersebut disampaikan Jokowi usai menyerahkan bantuan sosial di Pasar Sukamandi, Kabupaten Subang, Provinsi Jawa Barat, Selasa (12/07/2022).

Apa latar belakang teguran itu? Tak lain adalah tindakan Mendag Zulkifli yang "aji mumpung". Mumpung jadi menteri, ia memanfaatkan jabatannya untuk mengkampanyekan anaknya yang akan maju sebagai calon legislatif dalam pemilu 2024.

Dalam laporan Kompas TV, Zulkifli Hasan meminta warga Kecamatan Telukbetung Timur, Bandar Lampung, untuk memilih anaknya, Futri Zulya Savitri saat pembagian minyak, Sabtu (9/7/2022).

Sembari memberikan minyak goreng, Zulhas memberi pesan kepada penerima agar memilih anaknya.

"Uangnya enggak usah, dikantongin aja. Rp 10.000 yang nanggung Futri. Kasih uangnya. Nanti pilih Futri, ada deh ginian (pembagian minyak) dua bulan sekali," tutur Zulkifli dikutip dari Kompas TV.

Ojo aji mumpung

Beberapa waktu lalu, Jokowi pernah mengeluarkan ucapan "ojo kesusu" (jangan buru-buru) saat merespons hiruk pikuk calon presiden 2024.

Meminjam ucapan "ojo kesusu" itu, maka bolehlah teguran Jokowi ditafsir lebih ringkas menjadi "ojo aji mumpung" (jangan aji mumpung).

Ada nasihat Jawa terkait aji mumpung ini. Bunyinya: "Beda kang ngaji mumpung/Nir waspada rubedane tutut/ kakinthilan manggon anggung atut wuri/Tyas riwut ruwet dahuru/Korup sinerung anggoroh".

Kutipan itu merupakan nasihat R Ngabehi Ranggawarsita, dalam Serat Sabdatama, pupuh Gambuh bait ke empat.

Artinya kurang lebih: Lain dengan yang aji mumpung; hilang kewaspadaan, masalah selalu bersamanya; Mengikuti terus dari belakang; Hati amat bernafsu, ruwet, tidak tenteram; tidak setia menyembunyikan dusta

Jadi mau ditegaskan oleh pujangga Kasunanan Surakarta itu bahwa “ngaji-aji mumpung” itu membuat orang malah tidak waspada, lupa daratan dan ujung-ujungnya tidak tentram.

Para leluhur punya "ilmu titen" (bukan saintifik, tetapi pengamatan yang berulang-ulang) bahwa mereka yang aji mumpung justru tidak tentram dalam keseharian, acap mengalami kemenumpulan alam perasa.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com