Padahal kemenumpulan alam perasaan, sebagaimana pernah disoroti beberapa guru besar psikologi, akan membuat pejabat mengalami alienasi dengan rakyat.
Ini sungguh sindrom yang sangat mengkhawatirkan. Sebab, alienasi bisa diartikan sebagai “bersikap tidak peduli atau tidak bersahabat”. Bagaimana jadinya jika pejabat mengalami sindrom alienasi seperti itu?
Namun Mendag adalah pilihan prerogatif Presiden Jokowi. Kepala Negara lebih memilih kalangan partai politik ketimbang orang profesional untuk mengatasi kemelut minyak goreng.
Tentu saja "ojo kaget" (jangan kaget) manakala ada "keajimumpungan" ala Mendag Zulkifli tersebut.
Sebagai orang parpol, Zulkifli tentu berhitung ada keuntungan politik yang bisa diraih dari aktivitas bagi-bagi minyak goreng.
Senyampang bagi minyak goreng (sebagai Menteri Perdagangan), sekaligus saja mengkampanyekan anaknya (sebagai Ketua Parpol).
Ibarat syair lagu, "engkau memulai, engkau mengakhiri". Maka, engkau yang memilih, engkau yang cari solusi. Dalam hal ini solusinya adalah teguran.
Teguran itu, diharapkan akan mempertajam kesadaran refleksif. Anthony Giddens, misalnya, menjelaskan bahwa kesadaran refleksif membuat seseorang bertindak dengan berpikir, berjarak dan memaknai setiap tindakannya.
Kesadaran inilah yang akan membimbing seseorang untuk memutuskan sebuah tindakan, pantas atau tidak pantas.
Namun persoalan yang acap melilit insan manusia antara lain sulit untuk membangun kesadaran refleksif karena manusia berkejaran dengan waktu sehingga tidak tersisa sedikitpun untuk berefleksi.
Sejumlah etikawan menyarankan untuk membalik keadaan: jangan waktu mengendalikan kita, tetapi kita mengatur waktu.
Kapan waktu untuk mengabaikan hiruk pikuk duniawi, dan kapan untuk refleksi diri sejenak. Refleksi diri merupakan sarana mengasah kesadaran refleksif.
"Berlompatlah dari dunia profan menuju yang sakral barang beberapa menit". Banyak yang tenggelam dalam kenikmatan duniawi sehingga lupa keabadian dunia sakral.
Saat berlompat itulah kesadaran praktis ditinggalkan, dan saat itulah tengah menuju pintu kesadaran refleksif.
Maka dari itu, sebelum larut dalam kesadaran praktis, sisihkan waktu setiap akan bertindak dengan memikirkan secara matang; apakah tindakan ini bermakna?
Apakah memberikan kontribusi bagi banyak orang? Jangan sampai, tindakan itu merugikan orang lain! Bahkan bikin malu diri sendiri.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.