JAKARTA, KOMPAS.com - Presiden Joko Widodo (Jokowi) beserta rombongan tiba di kota Munich, Jerman, pada Minggu (26/6/2022) guna menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G7.
Pada tahun ini, kegiatan itu digelar di Kastil Elmau di wilayah Garmisch-Partenkierchen, Jerman.
Forum yang digelar rutin setiap tahun itu beranggotakan 7 negara industri maju. Anggota forum itu adalah Amerika Serikat, Inggris, Jerman, Italia, Jepang, Kanada, dan Perancis.
Tempat pelaksanaan KTT G7 selalu berpindah-pindah setiap tahun.
Forum ini membahas situasi dunia yang bertujuan untuk mencapai keputusan dan kesepakatan untuk bekerja sama di bidang-bidang tertentu. Namun, keputusan dan kesepakatan itu hanya bersifat usulan dan rekomendasi, sehingga tidak bersifat mengikat.
Baca juga: Tiba di Jerman, Jokowi Segera Ikuti Pertemuan KTT G7
Hasil pertemuan puncak biasanya diumumkan dalam sebuah komunike atau pernyataan bersama.
Menjadi pertanyaan adalah mengapa Indonesia yang bukan negara industri maju tetapi diundang sebagai peserta dalam forum itu?
Merunut dari sejarah, forum itu didirikan oleh 6 negara industri kaya pada 1975 di Rambouillet, Perancis, sehingga mulanya dinamakan sebagai kelompok G6.
Konferensi itu diawali dari pertemuan para menteri keuangan 6 negara yang membahas isu-isu seputar perekonomian dunia.
Kanada baru menyusul masuk menjadi anggota pada 1976, sehingga nama forum itu diubah menjadi G7.
Baca juga: Negara G7 Akan Larang Impor Emas Rusia
Sepanjang 1980-an, pertemuan kelompok G7 menjadi simbol politis kekuatan ekonomi negara-negara blok Barat dan sekutunya terhadap Uni Soviet.
Setelah Uni Soviet runtuh dan pecah pada 1991, Rusia kemudian berupaya menjadi peserta G7.
Perwakilan Rusia pertama kali hadir sebagai tamu pada KTT G7 pada 1992. Enam tahun kemudian Rusia bergabung sebagai anggota untuk mengikuti seluruh agenda pertemuan G7.
Selepas Rusia menjadi anggota, nama kelompok itu diubah menjadi G8.
Keanggotaan Rusia ditangguhkan pada 2014 setelah mencaplok Semenanjung Krimea dari Ukraina.