Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Toto TIS Suparto
Editor Buku Lepas, Ghostwritter

Editor Buku

"Reshuffle" Kabinet, Buat Siapa?

Kompas.com - 15/06/2022, 05:45 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Ada kesan, kerja sekadar memenuhi urusan perut. Manakala urusan perut sudah dipenuhi, selesailah urusan kerja itu.

Bilamana sekadar memperhatikan pengertian-pengertian itu, tentu saja menteri balas budi atau menteri kerja mengkhawatirkan.

Jangan-jangan mereka yang ada di dalamnya sekadar melakukan sesuatu untuk mencari nafkah.

Arendt mengingatkan kalau memimpin dianggap sebagai pekerjaan maka yang terjadi adalah terabaikan urusan orang banyak.

Kata Arendt, jabatan bakal dijadikan sarana untuk meningkatkan kesejahteraan diri sendiri.

Sebaliknya abai terhadap upaya mewujudkan prinsip-prinsip yang terkandung dalam kepemimpinannya: kebebasan, kesetaraan, keadilan dan solidaritas.

Harapan banyak orang, reshuffle bukan sebatas balas budi saja. Harapan ideal itu ditegaskan oleh Arendt sejatinya menteri lebih kepada kemauan untuk berkarya. Lho, apa bedanya dengan bekerja?

Arendt menjelaskan karya lebih menempatkan kegunaannya. Manusia yang berkarya adalah yang menciptakan sesuatu yang berguna bagi dunia, atau bermanfaat bagi manusia kebanyakan.

Oleh karena inilah ia tidak bisa sendirian, ia mesti memedulikan orang lain. Kehadiran orang lain itu berfungsi sebagai tempat pengakuan atas karyanya. Karya itu tak tampak tanpa pengakuan dimaksud.

Pejabat yang terus-menerus berkarya akan senantiasa memedulikan orang lain. Ia menciptakan instrumen kerja demi kesejahteraan bersama.

Ia membuat konsep demi orang banyak dan ia akan berbahagia manakala konsep itu telah membawa rakyat kepada gerbang kesejahteraan. Pejabat yang berkarya itu berpijak pada utilitarisme.

Dalam kajian etika dikenal satu istilah utilitarisme. Akarnya adalah utilis, bahasa latin, yang kurang lebih berarti bermanfaat.

Jadi teori utilitarisme itu memandang suatu perbuatan dibilang baik jika memberikan manfaat. Inipun dengan catatan tambahan, bahwa manfaat itu tidak sekadar menyentuh satu dua orang, melainkan banyak orang atau masyarakat.

Utilitarisme memberikan kriteria perbuatan baik bilamana mengakibatkan paling banyak orang yang merasa senang dan puas.

Sekali lagi, patut digaris tebal yakni "paling banyak orang". Berarti kalau hanya sedikit orang yang merasa senang dan puas, maka bukanlah utilitarisme.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kasus Korupsi SYL Rp 44,5 Miliar, Bukti Tumpulnya Pengawasan Kementerian

Kasus Korupsi SYL Rp 44,5 Miliar, Bukti Tumpulnya Pengawasan Kementerian

Nasional
Keterangan Istri Brigadir RAT Beda dengan Polisi, Kompolnas Tagih Penjelasan ke Polda Sulut

Keterangan Istri Brigadir RAT Beda dengan Polisi, Kompolnas Tagih Penjelasan ke Polda Sulut

Nasional
Jokowi: Selamat Hari Buruh, Setiap Pekerja adalah Pahlawan

Jokowi: Selamat Hari Buruh, Setiap Pekerja adalah Pahlawan

Nasional
Pakai Dana Kementan untuk Pribadi dan Keluarga, Kasus Korupsi SYL Disebut Sangat Banal

Pakai Dana Kementan untuk Pribadi dan Keluarga, Kasus Korupsi SYL Disebut Sangat Banal

Nasional
'Brigadir RAT Sudah Kawal Pengusaha 2 Tahun, Masa Atasan Tidak Tahu Apa-Apa?'

"Brigadir RAT Sudah Kawal Pengusaha 2 Tahun, Masa Atasan Tidak Tahu Apa-Apa?"

Nasional
Prabowo: Selamat Hari Buruh, Semoga Semua Pekerja Semakin Sejahtera

Prabowo: Selamat Hari Buruh, Semoga Semua Pekerja Semakin Sejahtera

Nasional
Peringati Hari Buruh Internasional, Puan Tekankan Pentingnya Perlindungan dan Keadilan bagi Semua Buruh

Peringati Hari Buruh Internasional, Puan Tekankan Pentingnya Perlindungan dan Keadilan bagi Semua Buruh

Nasional
Pertamina Bina Medika IHC dan Singhealth Kolaborasi Tingkatkan Layanan Kesehatan

Pertamina Bina Medika IHC dan Singhealth Kolaborasi Tingkatkan Layanan Kesehatan

Nasional
Prabowo Diprediksi Tinggalkan Jokowi dan Pilih PDI-P Usai Dilantik Presiden

Prabowo Diprediksi Tinggalkan Jokowi dan Pilih PDI-P Usai Dilantik Presiden

Nasional
Daftar Aliran Uang Kementan ke SYL dan Keluarga: 'Skincare' Anak, Ultah Cucu, hingga Bulanan Istri

Daftar Aliran Uang Kementan ke SYL dan Keluarga: "Skincare" Anak, Ultah Cucu, hingga Bulanan Istri

Nasional
Jokowi dan Mentan Amran Sulaiman Bersepeda Bareng di Mataram

Jokowi dan Mentan Amran Sulaiman Bersepeda Bareng di Mataram

Nasional
'Jokowi Tembok Tebal yang Halangi PDI-P Berkoalisi dengan Prabowo'

"Jokowi Tembok Tebal yang Halangi PDI-P Berkoalisi dengan Prabowo"

Nasional
Projo Ungkap Kemungkinan Jokowi Akan Gabung Parpol Lain Setelah Tak Dianggap PDI-P

Projo Ungkap Kemungkinan Jokowi Akan Gabung Parpol Lain Setelah Tak Dianggap PDI-P

Nasional
Jokowi Makan Mie Gacoan di NTB, Pesan Mi Level 0

Jokowi Makan Mie Gacoan di NTB, Pesan Mi Level 0

Nasional
Kaum Intelektual Dinilai Tak Punya Keberanian, Justru Jadi Penyokong Kekuasaan Tirani

Kaum Intelektual Dinilai Tak Punya Keberanian, Justru Jadi Penyokong Kekuasaan Tirani

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com