Dalam buku The Future of War peristiwa serangan Pearl Harbor disebut sebagai The Origin of American Military Failure.
Ketika itu disadari oleh para pemikir tentang perang di Amerika mengenai perlunya ADIZ (Air Defence Identification Zone) dan sistem peringatan dini atau early warning system.
Dua hal yang dibutuhkan sebagai langkah untuk mengurangi kemungkinan akan terjadinya serangan mendadak yang dilakukan musuh.
Respons Amerika yang dipicu oleh serangan mendadak Pearl Harbor adalah digunakannya bom atom pada tahun 1945.
Bom atom yang dijatuhkan di Hiroshima dan Nagasaki serta merta membuat Jepang menyerah dan sekaligus menghentikan total jalannya perang dunia ke 2.
Tahun 2001 terjadi lagi serangan terhadap Center of Gravity Amerika Serikat yang dikenal dengan tragedi 9/11.
Kali ini serangan yang dilakukan tidak datang dari luar negeri, tetapi justru datang dari dalam negerinya sendiri.
Rangkaian dari empat pesawat terbang yang digunakan teroris secara terkoordinasi dengan rapi menyerang titik-titik penting negara Amerika.
Sasaran yang dituju antara lain, Pentagon, Gedung Putih dan Menara Kembar World Trade Center di New York.
Serangan tersebut berakibat melayangnya 2763 nyawa warga negara Amerika Serikat dan lebih dari 550 orang warga negara asing.
Serangan ini disebut sebagai The Second Pearl Harbor, sebagai serangan mendadak yang gagal diantisipasi.
Perbedaan mendasar adalah pada peristiwa serangan Pearl Harbor musuh yang menyerang datang dari luar negeri.
Sementara pada kejadian 9/11 tragisnya adalah musuh yang datang menyerang datang dari dalam negeri sendiri.
Tanpa disadari bahwa musuh sudah cukup lama berada di dalam negeri. Mereka menyiapkan skenario dan strategi untuk menyerang kedudukan penting atau center of gravity sebuah negara super power.
Pilot kamikaze yang menyerang Amerika Serikat dari dalam negerinya sendiri ironisnya pula adalah lulusan sekolah Pilot di Amerika.