Kemudian, kasus Covid-19 menurun menjadi 5.746 pada 21 Mei. Dua hari kemudian kasus positif Covid-19 menurun di angka 5.296 pada 22 Mei dan 5.280 pada 23 Mei.
Kasus harian Covid-19 kembali meningkat menjadi 5.907 pada 24 Mei dan kembali turun menjadi 5.060 pada 25 Mei. Sehari kemudian tepatnya 26 Mei, kasus Covid menurun menjadi 5.034 kasus dan kembali meningkat menjadi 6.278 kasus pada 27 Mei.
Baca juga: Wamenkes Merasa Pede Libur Lebaran Tak Tingkatkan Kasus Covid-19
Kemudian kasus Covid-19 menurun menjadi 5.862 pada 28 Mei, dan meningkat tajam menjadi 6.565 pada 29 Mei dan kembali menurun menjadi 6.115 kasus pada 30 Mei.
Selanjutnya, kasus Covid-19 menurun menjadi 5.662 pada 31 Mei dan terus menurun menjadi 4.824 pada 1 Juni dan terus meningkat di angka 5.246 pada 2 Juni 2022.
Adapun pasca Lebaran ini, lonjakan kasus Covid-19 terjadi pada akhir Juni dan Juli. Saat itu, rumah sakit sangat sibuk, angka kematian pun jadi rekor karena varian Delta. Kasus baru menurun pertengahan Agustus 2021.
Budi mengatakan, berkaca dari pengalaman tahun lalu, kenaikan kasus Covid-19 biasanya terjadi 27 sampai 44 hari pasca-Lebaran.
Baca juga: Menkes: Kasus Covid-19 Usai Lebaran Terkendali jika Positivity Rate di Bawah 5 Persen
"Kita lihat akhir bulan (Mei) ini, Insya Allah tidak ada kenaikan signifikan," kata Budi dalam konferensi pers secara virtual melalui kanal YouTube BNPB, Selasa (17/5/2022).
Budi mengatakan, kasus Covid-19 setelah Lebaran dapat dikategorikan terkendali, bila angka positivity rate berada di bawah 5 persen.
"Selama (kasus Covid-19) masih di bawah threshold positivity rate 5 persen dan kita juga monitor setiap minggu mengenai reproduction ratenya juga di bawah 1, harusnya ini masih terkendali," ujarnya.
Saat ini, menurut data pemerintah, positivity rate beberapa hari sebelum dan sesudah Lebaran tak pernah di atas angka 4 persen.
Sementara itu, ahli epidemiologi dan peneliti pandemi dari Griffith University Australia Dicky Budiman mengatakan, lonjakan kasus Covid-19 usai Lebaran harus dimonitor hingga akhir Juni 2022.
"Terkait lonjakan kasus Covid-19 ya sekali lagi saya harus menunggu sampai Juni," kata Dicky saat dihubungi Kompas.com, Senin (23/5/2022).
Baca juga: Kondisi Covid-19 Membaik, PPKM Jabodetabek Turun ke Level 1, WFO dan Kapasitas Mal Jadi 100 Persen
Dicky mengatakan, monitoring kasus Covid-19 pada tahun ketiga ini tidak hanya melihat angka positivity rate, melainkan melihat tingkat imunitas masyarakat terhadap Covid-19.
Selain itu, ia mengatakan, angka kematian akibat Covid-19 menjadi perhatian meski jumlahnya menurun.
"Yang harus dilihat dari indikator adalah keparahan dari fatalitas yang tentunya perlu peningkatan surveillance karena kalau ada karakter yang berbeda ini yang harus diwaspadai, artinya, potensi ada varian baru atau Subvarian baru Omicron yang lebih efektif dalam menyebabkan keparahan," ujarnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.