Jalanan yang dulunya terbuat dari papan, serta adanya bangunan yang terbuat dari kayu membuat sepeda motor bensin dianggap lebih berbahaya dari motor listrik.
Kepala Dinas Sosial Kabupaten Asmat Amir Makhmud juga mengatakan, jalanan di Agats banyak dipenuhi anak kecil dan padat penduduk sehingga motor listrik dianggap lebih aman dan tidak berisik.
"Karena bensin kalau bawa tiba-tiba terbakar itu (bangunan dan jalan) habis. Dulu itu, jalannya ini papan. Contoh itu kabupaten asmat cuma segitu (jalanannya) 2 meter, enggak sampai. Satu kota itu sepanjang jalan Kota Agats pake itu (papan)," ungkap Amir.
Berada di wilayah perairan, kapal cepat atau speedboat pun menjadi alternatif kendaraan untuk bisa masuk ke Agats.
Selain menjadi pencari ikan, banyak warga lokal yang menjadi driver speedboat.
Baca juga: Sentuhan Kasih untuk Orang Agats yang Makin Terpinggirkan
Apalagi, akses bandara terdekat, yakni Bandara Ewer menuju Agats, juga harus ditempuh lewat jalur laut sekitar 30 menit.
Sedangkan, diperlukan sekitar 5 jam jika ingin ke Agats dengan speedboat dari Timika.
Di samping dermaga biasanya terdapat speedboat yang sudah bersiaga. Speedboat hanya bisa diisi maksimal 5 penumpang dan 1 driver.
Sekali perjalanan menuju bandara di Kampung Ewer, Distrik Agats harus membayar sekitar Rp 100.000.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.