Ada pula warga yang menangkap ikan di rawa sekitar kampung. Anak-anak pun sering bermain air di dermaga dan rawa.
Saat air pasang naik dan masuk ke Agats, banyak anak-anak bermain air saat sore.
Uniknya, pemerintah setempat memberlakukan aturan bahwa hanya warga asli Asmat yang boleh menangkap ikan di laut.
"Pencari ikan di laut tidak boleh orang pendatang, harus orang asli, dikhususkan itu," kata Sekretaris Dinas Sosial Kabupaten Asmat Hengky Kawer.
Hal itu dilakukan dalam rangka mengangkat ekonomi masyarakat asli suku Asmat di Agats.
Baca juga: Usai Pelantikan Bupati Asmat di Jayapura, Massa di Kota Agats Rusak Rumah Dinas hingga Kantor KPU
Sementara, untuk pendatang atau orang dari daerah lain diperbolehkan berjualan makanan atau membuka usaha lain di wilayah Agats.
"Jadi itu proteksi, kecuali ikan yang beku, itu orang luar bisa jual. Tapi kala ikan segar khusus orang dalam yang jual. Itu sudah dari bupati yang lalu, saya lanjutkan," ucap Bupati Asmat Elisa Kambu di Kampung Erosaman, Asmat, Rabu (23/3/2022).
Selain mencari ikan, masyarakat lokal ada juga yang berkebun di daerah pedalaman hingga menjadi pengemudi ojek sepeda motor.
Sepeda motor sudah menjadi moda transportasi utama di Agats. Banyak masyarakat yang berkegiatan mengandalkan sepeda motor.
Uniknya, sepeda motor yang digunakan berbeda dari motor yang umum digunakan di banyak daerah di Indonesia. Sepeda motor di Agats kebanyakan motor listrik.
Sepeda motor listrik tersebut tidak punya knalpot, dan senyap saat digunakan.
Jalanan yang cenderung kecil di Agats juga membuat distrik tersebut tanpa kendaraan roda empat. Mobil yang ada di Agats hanya ambulans yang digunakan dalam keadaan darurat.
Hal ini pun menjadi daya tarik tersendiri bagi Kota Papan itu.
"Kita punya tiga (ambulans). Kalau lihat yang tiga satunya listrik duanya bensin tapi kalau listrik ini emang perawatannya mahal," ucap Bupati Elisa Kambu.
Sepeda motor listrik menjadi kendaraan utama karena dinilai lebih cocok dan aman bagi masyarakat dan kota Agats.