"Di mana target tracing adalah 1 (kasus) konfirmasi dilakukan pelacakan terhadap 15 kontak erat," ucap dia.
Sementara itu, hasil Survei yang ditampilkan oleh Covid-19 Behavior Dashboard dari Johns Hopkins Center for Communication Programs menunjukkan, 34 persen responden di Indonesia melakukan tes Covid-19 dengan alasan untuk memenuhi syarat perjalanan.
Baca juga: Luhut: Segera Vaksinasi Booster, Tak Perlu Pilih-pilih Jenis Vaksin
Kemudian, sebanyak 29 persen responden melakukan tes Covid-19 karena keperluan pekerjaannya.
"Hanya 5 persen responden yang melakukan pemeriksaan (testing) Covid-19 karena merasa sakit, dan 4 persen responden melakukan testing karena menjadi kontak erat Covid-19," demikian bunyi keterangan hasil survei tersebut yang diterima Kompas.com, Rabu (9/3/2022).
Survei ini juga menunjukkan bahwa dari segi usia, kelompok usia 25-34 tahun paling banyak melakukan tes Covid-19 yaitu 24 persen. Kemudian, disusul usia 35-44 tahun sebanyak 20 persen
Adapun kelompok usia 55 tahun sampai lansia melakukan tes Covid-19 19 persen. Angka ini sama dengan kelompok usia 45-55 tahun dan 18-24 tahun.
Penurunan angka kematian lambat
Menko Marves Luhut juga mengatakan, saat ini, penurunan angka pasien meninggal akibat Covid-19 berjalan lambat.
Hal ini disebabkan banyaknya pasien yang memiliki penyakit bawaan atau komorbid dan belum divaksinasi Covid-19 secara lengkap.
"Pemerintah memberikan perhatian lebih pada tingkat penurunan angka kematian yang berjalan cukup lambat utamanya di wilayah Jawa Tengah. Penyebabnya masih sama dengan yang sebelumnya, yakni banyaknya pasien Covid-19 yang memiliki komorbid dan belum melakukan vaksinasi lengkap," ujarnya.
Sementara itu, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan, percepatan vaksinasi menjadi penentu jumlah pasien Covid-19 yang dirawat di rumah sakit dan meninggal dunia.
Karenanya, ia meminta masyarakat untuk segera mendapatkan vaksinasi dosis lengkap dan vaksinasi booster.
"Dan tidak memilih jenis vaksinnya karena semua vaksin yang ada, efikasinya sudah lolos dari efikasi WHO," kata Budi dalam kesempatan yang sama.
Budi juga menyampaikan, bagi masyarakat yang terlewat mendapatkan dosis kedua Sinovac sesuai jadwal yang ditentukan, tetap bisa mendapatkan vaksinasi dosis kedua.
Vaksinasi dosis kedua tersebut, kata dia, bisa menggunakan jenis vaksin Covid-19 yang tersedia.
"Misalnya harus disuntik satu bulan kemudian sekarang lewat 2 bulan, 3 bulan itu boleh disuntik vaksin kedua walaupun sudah lewat 1 bulan, boleh vaksin yang ada," ucap Budi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.