Selanjutnya, Nadiem juga mengatakan, Kurikulum Merdeka yang dirancang lebih sederhana dan fleksibel akan semakin membuat siswa lebih aktif.
Sebab, ia melanjutkan, jenis-jenis aktivitas yang ada dalam kurikulum ini lebih relevan dan banyak memberikan ruang untuk tugas berbasis proyek atau project base.
Baca juga: Nadiem Ganti Nama Kurikulum Protipe Jadi Kurikulum Merdeka, Mulai Berlaku Tahun Ajaran 2022/2023
“Ini adalah skill-skill yang akan dibutuhkan anak itu pada saat dia keluar. Dia harus bisa bekerja secara kelompok,” kata Nadiem.
“Dia harus bisa menghasilkan suatu hasil karya. Dia harus bisa berkolaborasi dan memikirkan hal-hal secara kreatif,” imbuhnya.
Nadiem menambahkan, Kurikulum Merdeka akan mulai diluncurkan di sekolah-sekolah lain selain sekolah penggerak.
“Kita memberikan fleksibilitas, Kurikulum Merdeka ini sudah kita tes di 2.500 sekolah penggerak, namanya dulu Kurikulum Prototipe,” ucapnya.
Menurut Nadiem, kurikulum itu akan mulai bisa digunakan mulai tahun ajaran 2022/2023 untuk jenjang TK, SD, SMP, hingga SMA.
Nadiem juga menyampaikan, sekolah bisa mengimplementasikan Kurikulum Merdeka secara bertahap atau sesuai dengan kesiapan masing-masing sekolah.
Lebih lanjut, Nadiem menjelaskan Kurikulum Merdeka dibuat untuk menghadapi adanya learning loss akibat pandemi Covid-19.
“Karena tujuan kita adalah recovery dari learning loss pandemi,” kata Nadiem.
Baca juga: Nadiem: Tujuan Kurikulum Merdeka untuk Recovery dari Learning Loss akibat Pandemi Covid-19
Nadiem menjelaskan Kurikulum Merdeka merupakan pengembangan dari Kurikulum Darurat yang dibuat pada awal pandemi Covid-19.
Saat itu, lanjut Nadiem, Kurikulum Darurat dirancang untuk menurunkan jumlah materi pembelajaran secara drastis agar para pelajar dan pengajar itu fokus mendalami topik yang paling esensial.
Ia berpandangan, implementasi Kurikulum Darurat sudah berhasil sehingga dikembangkan lagi agar lebih optimal.
Lebih lanjut, ia menyampaikan soal adanya krisis pembelajaran yang dialami bangsa Indonesia selama 20 tahun terakhir yang kemudian diperparah dengan adanya pandemi.
Dari hasil analisa Kemendikbud Ristek, menurut dia, dampak learning loss membuat sekolah mengalami kehilangan pembelajaran sekitar enam bulan dari aspek literasi.