Selain soal temuan adanya penghuni kerangkeng Bupati nonaktif Langkat yang meninggal dunia, Komnas HAM juga telah mendapati kepastian soal dugaan penganiayaan yang terjadi di lokasi tersebut.
Di awal terungkapnya kasus ini, Migrant Care menunjukkan sebuah foto pria berwajah lebam yang diduga penghuni kerangkeng.
"Informasi soal peristiwa apa yang dialami oleh orang yang muncul wajahnya di video (foto) itu sudah kami dapatkan dan solid," kata Komisioner Komnas HAM, Choirul Anam.
Baca juga: Ekstra Puding Jadi Bayaran Bupati Langkat untuk Penghuni Kerangkeng yang Dipekerjakan
"Itu (pria dalam foto) salah satu (penghuni kerangkeng) yang mendapatkan kekerasan," sambungnya.
Komnas HAM telah mengetahui pola kekerasan yang dialami penghuni kerangkeng. Mulai dari waktu, infrastruktur untuk melakukan kekerasan, alat yang digunakan, motif, hingga saksi dan pelaku kekerasan.
Anam menuturkan, kekerasan di dalam kerangkeng milik Terbit Perangin-angin dilakukan secara intensif ketika ada pecandu narkoba atau remaja nakal yang baru masuk ke kerangkeng.
"Semakin lama peserta rehabilitasi"Apakah itu berhubungan dengan rehabilitasi, Itu temuan faktual yang terpola," katanya.
Baca juga: Saat Wakil Rakyat Ramai-ramai Kutuk Aksi Bupati Langkat Soal Kerangkeng hingga Perbudakan
Saat melaporkan temuan ini, Migrant Care menduga telah terjadi penganiayaan terhadap penghuni kerangkeng milik Bupati nonaktif Langkat.
Migrant Care juga menuding telah terjadi perbudakan karena penghuni kerangkeng disebut bekerja di pabrik kelapa sawit Terbit Perangin-angin, tanpa mendapatkan gaji.
Para penghuni kerangkeng pun dipenjara di dalam kerangkeng usai selesai bekerja, sehingga tidak memiliki akses keluar. Penghuni kerangkeng juga mendapat perlakuan tak layak, termasuk dari segi pemberian makanan.
"Kami laporkan ke Komnas HAM karena pada prinsipnya, itu sangat keji," ujar Ketua Migrant Care Anis Hidayah.