Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Survei Bursa Caketum PBNU, Peluang Said Aqil, Gus Baha, dan Marzuki Mustamar...

Kompas.com - 08/10/2021, 17:41 WIB
Fitria Chusna Farisa,
Icha Rastika

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Lembaga Institute for Democracy & Strategic Affairs (Indostrategic) merilis hasil survei soal bursa ketua umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU).

Hasil survei menemukan bahwa dari delapan nama, dukungan tertinggi didapat oleh Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur Marzuki Mustamar.

"Calon ketua umum PBNU yang didukung warga Nahdliyyin di posisi pertama adalah KH Marzuki Mustamar (Ketua PWNU Jawa Timur) dengan dukungan tertinggi sekitar 24,7 persen," kata Direktur Eksekutif Indostrategic Ahmad Khoirul Umam melalui keterangan tertulis, Jumat (8/10/2021).

Baca juga: PBNU Dinilai Lekat dengan Kerja Politik Praktis di Bawah Kepemimpinan Said Aqil

Di posisi kedua ada mantan Ketua PWNU Jatim, Hasan Mutawakkil Alallah, dengan perolehan dukungan 22,2 persen.

Sementara itu, di posisi ketiga ditempati Ketua Umum PBNU petahana, Said Aqil Siradj, dengan perolehan dukungan 14,8 persen.

Di posisi keempat ada kiai muda asal Rembang, Bahaudin Nursalim atau dikenal sebagai Gus Baha. Perolehan dukungannya tak jauh dari Said Aqil Siradj, yakni 12,4 persen.

Kemudian, Katib Aam PBNU Yahya Cholil Staquf bertengger di posisi kelima dengan perolehan suara 3,7 persen.

Di posisi keenam ada Ketua PBNU Marsudi Syuhud dengan perolehan dukungan 1,2 persen.

Lalu, dengan perolehan suara yang sama yakni 1,2 persen, Ahmad Fahrur Rozi Burhan dan Ali Maschan Moesa berada di urutan ketujuh.

Baca juga: Survei soal Ketum PBNU: Gus Baha Bersaing Ketat dengan Said Aqil

Sisanya, 18,15 persen menjawab tidak tahu atau tidak menjawab.

Khoirul mengatakan, perolehan suara nama-nama tokoh dalam survei dipengaruhi oleh lebih terbukanya dukungan warga Nahdliyyin dari basis wilayah Jawa Timur, sehingga menempatkan dua nama kiai senior asal Jawa Timur, Marzuki Mustamar dan Hasan Mutawakkil Alallah, di posisi puncak.

"Di sisi lain, nama KH Said Aqil Siradj memang termasuk masih populer dan usulan nama beliau muncul secara merata dari berbagai wilayah," ujar dia. 

Sementara itu, kata Khoirul, munculnya nama-nama baru dipengaruhi oleh kuatnya aspirasi regenerasi kepemimpinan.

Adapun munculnya nama Gus Baha disebut mengindikasikan menguatnya ekspektasi warga Nahdliyyin terhadap kiai muda yang berkomitmen serius terhadap penguatan tradisi intelektual pesantren.

Baca juga: Ketika Said Aqil Heran Banyak Kiai NU Tak Percaya Corona

Sorotan media dan media sosial juga dinilai meningkatkan popularitas Gus Baha di kalangan warga Nahdliyyin, khususnya Jawa Tengah, Yogyakarta, dan Jawa Timur.

Adapun survei digelar pada 23 Maret-5 April 2021. Survei dilakukan dengan melibatkan 1.200 responden, dengan margin of error 3 persen dan tingkat kepercayaan 95 persen.

Indostrategic tengah dalam proses pengajuan berkas sebagai anggota dari Perhimpunan Survei Opini Publik (Persepi).

Lembaga survei tersebut baru saja mendapat SK dan akta dari Kementerian Hukum dan HAM (Kemenkumham).

Khoirul mengatakan, pendanaan survei calon ketua umum PBNU ini berasal dari berbagai klien.

"Indostrategic melakukan survei nasional untuk keperluan update diagnosa peta kekuatan politik Pilpres dan Pileg 2024 mendatang," kata Khoirul kepada Kompas.com, Jumat.

Adapun pemilihan ketua umum PBNU yang baru akan dilakukan dalam muktamar yang rencananya digelar pada 23-25 Desember mendatang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bongkar Dugaan Pemerasan SYL, KPK Hadirkan Dirjen Perkebunan Kementan Jadi Saksi

Bongkar Dugaan Pemerasan SYL, KPK Hadirkan Dirjen Perkebunan Kementan Jadi Saksi

Nasional
Tiga Menteri Koordinasi untuk Tindak Gim Daring Mengandung Kekerasan

Tiga Menteri Koordinasi untuk Tindak Gim Daring Mengandung Kekerasan

Nasional
Gugat KPK, Indra Iskandar Persoalkan Status Tersangka Korupsi Pengadaan Kelengkapan Rumah Jabatan DPR

Gugat KPK, Indra Iskandar Persoalkan Status Tersangka Korupsi Pengadaan Kelengkapan Rumah Jabatan DPR

Nasional
Momen Presiden Jokowi Jamu Santap Malam dengan Delegasi KTT WWF Ke-10 di GWK

Momen Presiden Jokowi Jamu Santap Malam dengan Delegasi KTT WWF Ke-10 di GWK

Nasional
Sudah Diingatkan Malu kalau Kalah, Anies Tetap Pertimbangkan Serius Pilkada DKI Jakarta

Sudah Diingatkan Malu kalau Kalah, Anies Tetap Pertimbangkan Serius Pilkada DKI Jakarta

Nasional
Kejanggalan Kematian Prajurit Marinir Lettu Eko Ketika Bertugas di Papua...

Kejanggalan Kematian Prajurit Marinir Lettu Eko Ketika Bertugas di Papua...

Nasional
Gugatan Praperadilan Sekjen DPR Lawan KPK Digelar 27 Mei 2024

Gugatan Praperadilan Sekjen DPR Lawan KPK Digelar 27 Mei 2024

Nasional
Penambahan Jumlah Kementerian dan Hak Prerogatif Presiden

Penambahan Jumlah Kementerian dan Hak Prerogatif Presiden

Nasional
Saat Anies 'Dipalak' Bocil yang Minta Lapangan Bola di Muara Baru...

Saat Anies "Dipalak" Bocil yang Minta Lapangan Bola di Muara Baru...

Nasional
Anies Kini Blak-blakan Serius Maju Pilkada Jakarta, Siapa Mau Dukung?

Anies Kini Blak-blakan Serius Maju Pilkada Jakarta, Siapa Mau Dukung?

Nasional
Persoalkan Penetapan Tersangka, Gus Muhdlor Kembali Gugat KPK

Persoalkan Penetapan Tersangka, Gus Muhdlor Kembali Gugat KPK

Nasional
Kepada Warga Jakarta, Anies: Rindu Saya, Enggak? Saya Juga Kangen, Pengin Balik ke Sini...

Kepada Warga Jakarta, Anies: Rindu Saya, Enggak? Saya Juga Kangen, Pengin Balik ke Sini...

Nasional
[POPULER NASIONAL] Jokowi Titip 4 Nama ke Kabinet Prabowo | Suara Megawati dan Puan Disinyalir Berbeda

[POPULER NASIONAL] Jokowi Titip 4 Nama ke Kabinet Prabowo | Suara Megawati dan Puan Disinyalir Berbeda

Nasional
Bamsoet Sebut Golkar Siapkan Karpet Merah jika Jokowi dan Gibran Ingin Gabung

Bamsoet Sebut Golkar Siapkan Karpet Merah jika Jokowi dan Gibran Ingin Gabung

Nasional
ICW Desak KPK Panggil Keluarga SYL, Usut Dugaan Terlibat Korupsi

ICW Desak KPK Panggil Keluarga SYL, Usut Dugaan Terlibat Korupsi

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com