Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

PBNU Dinilai Lekat dengan Kerja Politik Praktis di Bawah Kepemimpinan Said Aqil

Kompas.com - 08/10/2021, 17:07 WIB
Fitria Chusna Farisa,
Icha Rastika

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Direktur Eksekutif Institute for Democracy & Strategic Affairs (Indostrategic) Ahmad Khoirul Umam menilai bahwa Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) semakin lekat dengan kerja-kerja politik praktis di bawah kepemimpinan Said Aqil Siradj.

Hal ini ia sampaikan merespons rencana pemilihan ketua umum PBNU yang baru dalam Muktamar yang akan digelar akhir tahun ini.

“Terlebih lagi, ketika kekuasaan saat ini (the ruling power) dihadapkan pada tantangan ekspolitasi politik indentitas” kata Khoirul dalam keterangan tertulis yang diterimas Kompas.com, Jumat (8/10/2021).

Baca juga: Survei soal Ketum PBNU: Gus Baha Bersaing Ketat dengan Said Aqil

Khoirul menilai, di bawah kepemimpian Said, PBNU menunjukkan karakternya yang berani dan tegas kepada kelompok-kelompok Islam radikal.

Pada situasi tersebut, kata dia, PBNU menjadi kekuatan yang sangat menarik untuk didekati oleh berbagai kepentingan politik.

PBNU bahkan kerap kali dijadikan bumper untuk melindungi kepentingan politik tertentu dari serangan kelompok Islam konservatif.

"Di sisi lain, kondisi itu juga coba digunakan sebagai kesempatan untuk memperkuat pengaruh PBNU di level politik praktis," ujar Khoirul.

Menurut Khoirul, hal itu berimbas pasa kurang optimalnya peran PBNU sebagai organisasi masyarakat sipil Islam.

Baca juga: Said Aqil: Tidak Boleh Ada Ketegangan antara NU dan PKB

Terkait dengan wacana amendemen UUD 1945 dan pemberhentian pegawai Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) misalnya, sikap dan keberpihakan PBNU menjadi kurang jelas.

Padahal, Khoirul menilai, sikap NU memiliki bobot politik yang sangat besar.

Jika sikap PBNU kurang jelas, kondisi itu bisa dimanfaatkan oleh berbagai kelompok kepentingan predatorik yang mencoba melemahkan agenda anti-korupsi.

Akibat dinamika politik tersebut, lanjut Khoirul, pandangan warga Nahdliyyin relatif terbelah.

"Ada yang menilai langkah itu positif untuk meningkatkan daya tawar PBNU, tapi di sisi lain ada yang menilai hal itu sebagai langkah mundur PBNU yang kian tidak sesuai dengan prinsip khittah NU 1926," kata dosen Universitas Paramadina itu

Pemilihan Ketua Umum PBNU yang baru akan dilakukan dalam Muktamar yang rencananya digelar pada 23-25 Desember 2021.

Baca juga: Survei: Said Aqil di Urutan Ketiga Calon Ketum PBNU, Disalip Marzuki Mustamar

Ketum PBNU Said Aqil Siradj mengeklaim mendapat dukungan dari banyak pihak untuk mencalonkan diri kembali sebagai pemimpin PBNU sehingga dirinya siap untuk maju kembali.

"Kalau banyak permintaan ya saya siap dong, yang namanya kader ya harus siap kalau banyak permintaan. Walaupun sampai sekarang saya belum mendeklarasi secara resmi, tetapi permintaan sudah sangat banyak," kata Said setelah bertemu dengan Presiden Joko Widodo di Istana, Jakarta, Rabu (6/10/2021).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Surya Paloh Ungkap Alasan Nasdem Tak Jadi Oposisi Pemerintahan Prabowo

Surya Paloh Ungkap Alasan Nasdem Tak Jadi Oposisi Pemerintahan Prabowo

Nasional
Golkar: Belum Ada Pernyataan Resmi Pak Jokowi Keluar dari PDI-P, Kami Enggak Mau 'Ge-er'

Golkar: Belum Ada Pernyataan Resmi Pak Jokowi Keluar dari PDI-P, Kami Enggak Mau "Ge-er"

Nasional
Politeknik KP Sidoarjo Buka Pendaftaran, Kuota Masyarakat Umum 80 Persen

Politeknik KP Sidoarjo Buka Pendaftaran, Kuota Masyarakat Umum 80 Persen

Nasional
Surya Paloh: Nasdem Dukung Pemerintahan Prabowo-Gibran

Surya Paloh: Nasdem Dukung Pemerintahan Prabowo-Gibran

Nasional
Kenaikan Pangkat TNI: 8 Perwira Pecah Bintang, Kabais Resmi Berpangkat Letjen

Kenaikan Pangkat TNI: 8 Perwira Pecah Bintang, Kabais Resmi Berpangkat Letjen

Nasional
JK Nilai Konflik Papua terjadi karena Pemerintah Dianggap Ingin 'Merampok'

JK Nilai Konflik Papua terjadi karena Pemerintah Dianggap Ingin "Merampok"

Nasional
Biasa Koordinasi dengan PPATK, Dewas Nilai Laporan Wakil Ketua KPK Aneh

Biasa Koordinasi dengan PPATK, Dewas Nilai Laporan Wakil Ketua KPK Aneh

Nasional
Kementerian KP Luncurkan Pilot Project Budi Daya Udang Tradisional Plus di Sulsel

Kementerian KP Luncurkan Pilot Project Budi Daya Udang Tradisional Plus di Sulsel

Nasional
Soal PDI-P Tak Hadiri Penetapan Prabowo-Gibran, Djarot Bilang Tidak Tahu

Soal PDI-P Tak Hadiri Penetapan Prabowo-Gibran, Djarot Bilang Tidak Tahu

Nasional
Rencana Revisi, DPR Ingin Sirekap dan Digitalisasi Pemilu Diatur UU

Rencana Revisi, DPR Ingin Sirekap dan Digitalisasi Pemilu Diatur UU

Nasional
BKKBN Minta Bocah 7 Tahun Sudah Tunangan Tak Dianggap Biasa

BKKBN Minta Bocah 7 Tahun Sudah Tunangan Tak Dianggap Biasa

Nasional
Terungkap di Sidang, Biaya Ultah Cucu SYL Di-“reimburse” ke Kementan

Terungkap di Sidang, Biaya Ultah Cucu SYL Di-“reimburse” ke Kementan

Nasional
Tanggapi Jokowi, Djarot PDI-P: Konstitusi Dilanggar dan Direkayasa, Kekaderannya Patut Diragukan

Tanggapi Jokowi, Djarot PDI-P: Konstitusi Dilanggar dan Direkayasa, Kekaderannya Patut Diragukan

Nasional
Polri Akan Gelar Operasi Puri Agung 2024, Kawal World Water Forum Ke-10 di Bali

Polri Akan Gelar Operasi Puri Agung 2024, Kawal World Water Forum Ke-10 di Bali

Nasional
Prabowo Guncangkan Badan Surya Paloh, Sama seperti Anies Kemarin

Prabowo Guncangkan Badan Surya Paloh, Sama seperti Anies Kemarin

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com