JAKARTA, KOMPAS.com – Patung Dirgantara atau yang dikenal dengan Patung Pancoran merupakan salah satu patung yang menjadi ikon Kota Jakarta.
Patung Dirgantara lebih dikenal dengan nama Patung Pancoran lantaran letaknya berada di daerah Pancoran, Jakarta Selatan.
Patung setinggi 11 meter dengan tiang penyangga setinggi 27 meter itu berdiri tegak di tengah kepadatan lalu lintas Jakarta sehari-hari. Patung itu sedianya merupakan monumen kedirgantaraan.
Baca juga: Kapolri Singgung soal Patung Pancoran, Ini Fakta Unik Tugu Dirgantara Itu
Presiden Soekarno selaku pencetus pembangunan Patung Dirgantara, pada tahun 1964 menyatakan bahwa Indonesia harus memiliki kebanggan dalam dunia kedirgantaraan. Pesan itu pun disampaikan langsung Soekarno kepada sang pembuat patung, Edhi Sunarso.
“Kita memang belum bisa membuat pesawat terbang, tetapi kita punya pahlawan kedirgantaraan Indonesia yang gagah berani. Kalau Amerika dan Soviet bisa membanggakan dirinya karena punya industri pesawat, kita juga harus punya kebanggaan," ujar Soekarno kepada Edhi tahun 1964.
Baca juga: Patung Pancoran, Visi Dirgantara, dan Proyek R80 Habibie (Bagian I)
Ucapan Soekarno kepada Edhi itu ditulis dalam buku Konservasi Patung Dirgantara yang diterbitkan Pusat Konservasi Cagar Budaya DKI Jakarta pada 2015.
Edhi yang menyanggupi permintaan itu kemudian membuat dan mempresentasikan rancangan patung yang akan dibuatnya kepada Soekarno.
Patung Dirgantara rancangan Edhi menampilkan figur seorang lelaki berotot dengan sehelai kain terjuntai di bagian bahu yang seolah tertiup angin.
Baca juga: 59 Tahun Hutama Karya, Bangun Patung Pancoran hingga Tol Trans Sumatera
Ekspresi wajahnya keras, mulut mengatup, dan tatapan mata tajam menatap lurus ke depan. Gestur tubuhnya digambarkan melaju dan akan melesat menuju angkasa. Soekarno menyetujui rancangan patung tersebut.
Namun, saat Edhi ingin menambah pesawat yang digenggam sosok tersebut, Soekarno menolaknya karena pesawat itu seperti mainan anak-anak.
"Yang ingin dibangun oleh Pak Soekarno itu bukan fisik si pesawat, tapi justru ingin mengekspresikan jiwa-jiwa bangsa kita," kata Sukardi, konservator dari Pusat Konservasi Cagar Budaya DKI Jakarta kepada Kompas.com, Senin (28/5/2018).
Total biaya pembuatan Patung Dirgantara berkisar Rp 12 juta. Biaya tersebut di luar pembangunan tiang penyangga. Kurs rupiah saat itu sekitar Rp 250 per 1 dollar AS.
Pemerintah memberi uang muka Rp 5 juta, sementara Soekarno secara pribadi menyumbang Rp 1 juta. Sisanya, menjadi utang pemerintah.
Edhi kemudian mulai membuat Patung Dirgantara dengan uang tersebut dan modal sendiri hingga harus berutang kepada bank dan pemilik perunggu.
Baca juga: 10 Relawan Greenpeace Pemanjat Patung Pancoran dan Selamat Datang Dipulangkan Polisi
Peristiwa Gerakan 30 September 1965 berimbas pada tertundanya pemasangan patung pada tiang penyangga. Tiang penyangga dan potongan-potongan patung yang siap dirangkai pun mangkrak. Hingga akhirnya Soekarno kembali menanyakan nasib Patung Dirgantara pada 1970.