Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Laboratorium Pemeriksa Tes PCR Tak Merata di Indonesia, Pemerintah Percepat Testing dengan Rapid Antigen

Kompas.com - 11/02/2021, 21:57 WIB
Nicholas Ryan Aditya,
Dani Prabowo

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Juru Bicara Pemerintah untuk vaksinasi dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Siti Nadia Tarmizi mengungkapkan, saat ini Indonesia memiliki 630 laboratorium pemeriksa tes PCR.

Namun, sebaran laboratorium tersebut tidak merata. Sehingga, menurutnya, pemerintah perlu meningkatkan pelaksanaan testing, salah satunya dengan menggunakan tes rapid antigen.

"Badan Kesehatan Dunia (WHO) sendiri telah merekomendasikan screening menggunakan tes rapid antigen untuk mendiagnosa Covid-19," kata Nadia dalam keterangan tertulis, Kamis (11/2/2021).

Hal tersebut diutarakannya dalam dialog bertema "3M+3T: Jurus Jitu Atasi Pandemi", yang disiarkan secara daring, Kamis.

Nadia menjelaskan, tujuan penggunaan tes rapid antigen yaitu mempercepat deteksi penularan Covid-19. Dengan begitu, lanjutnya, pemerintah bisa dengan cepat pula menelusuri kontak-kontak pasien.

"Sehingga kasus bisa ditemukan lebih dini dan penanganan juga dilakukan lebih dini. Dengan rapid antigen ini apabila hasilnya positif, seharusnya sudah bisa melakukan isolasi mandiri, sembari menunggu hasil tes PCR," jelasnya.

Baca juga: Kemenkes: Pemeriksaan dengan Rapid Antigen Berpotensi Meningkatkan Kasus Positif Covid-19

Di sisi lain, Nadia mengapresiasi berjalannya vaksinasi tenaga kesehatan (nakes) yang pada hari ini telah menembus angka lebih dari satu juta orang.

Namun, ia mengingatkan bahwa untuk menekan pandemi Covid-19, pemerintah tidak hanya mengimbau masyarakat untuk melakukan 3M.

Pemerintah, kata dia, juga semakin memperkuat 3T yakni testing, tracing, dan treatment.

Sementara itu, ahli epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Indonesia (UI) Syahrizal Syarif menjelaskan, tes rapid antigen memang disetujui WHO sebagai alat diagnosis dalam keadaan tertentu.

"Sensitivitasnya juga di atas 80 persen, dan spesifitas di atas 97 persen. Saya memandang ini suatu terobosan Kemenkes," terangnya dalam kesempatan yang sama.

Oleh karena itu, ia mendukung langkah pemerintah memberlakukan tes rapid antigen sebagai alat diagnostik.

Menurutnya, strategi melakukan tes dengan lebih cepat melalui rapid antigen dinilai sangat bagus. Hal itu karena apabila penemuan kasus berjalan lamban, maka wabah tidak cepat bisa dikendalikan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com