“Hal itu penting, karena riasan adalah salah satu komponen yang sangat penting untuk memberi nyawa pada sebuah karya agar lebih hidup,” jelasnya.
Baca juga: PPKM di Solo Mulai Senin, Anak Kurang 15 Tahun Dilarang Masuk Mal
Untuk kesiapan studio, dirinya selalu memastikan kualitas pencahayaan di ruang yang digunakan untuk menari. Ini agar hasil visual pertunjukannya tidak terlalu jauh dengan aslinya dan lebih natural.
Bahkan ia dan tim kerap kali melakukan beberapa kali perekaman sebelum benar-benar diunggah ke Youtube di kanal Mila Rosinta Totoatmojo.
“Dalam proses perekaman, kami menggandeng videografer dan para sineas Jogja yang kompeten di bidangnya,” jelas Mila.
Mila pun bersyukur karena sebelumnya pernah terlibat dalam beberapa karya tari kontemporer yang direkam secara khusus untuk ditayangkan.
Baca juga: Langgar Aturan PPKM, Petugas Bubarkan Pengunjung Kedai Kopi dan Angkringan di Solo
“Tapi, ya sifatnya memang di-setting untuk keperluan dokumentasi. Jadi, tetap ada pementasan live atau secara langsungnya, tetap rasanya berbeda,” katanya.
Hingga saat ini, Mila telah menciptakan enam karya tari kontemporer virtual yang alurnya ia rancang sendiri dengan melibatkan beberapa pegiat seni di Yogyakarta dan sekitarnya.
“Beberapa di antaranya berjudul Kembali ke Zaman 70-an, Rindu Layar Bioskop Lahirlah Layar Kunang-kunang, A.S.A.P, When Dancer Stay At Home, Suara Batu, dan Kehidupan Seorang Ibu,” paparnya.
Dari beberapa karya tersebut, Mila menyebutkan bahwa Kembali ke Zaman 70-an dan Kehidupan Seorang Ibu lebih natural ia sampaikan. Ini karena dua karya tersebut paling realistis dan ia alami sehari-hari.
Baca juga: Terima 10.609 Dosis Vaksin Sinovac, Pemkot Solo Prioritaskan Tenaga Kesehatan
Meski begitu, Mila banyak menemui kendala ketika latihan mendalami penjiwaan sebuah peran.
Sebagai ibu yang memiliki anak balita, ia kerap membawa anak-anaknya saat latihan atau pentas, ini jadi tantangan baginya untuk berkonsentrasi tinggi.
“Bisa dikatakan, mengatur konsentrasi bergerak sambil mengawasi anak yang masih balita di masa pandemi ini cukup sulit,” imbuhnya.
Terlebih, suami Mila, Gusti Raditya adalah seorang dokter yang bekerja di Jakarta. Mila pun harus pandai-pandai membagi waktu untuk karya tari dan mengurus anak.
Baca juga: Solo Dukung Pemerintah Pusat Batasi Kegiatan Masyarakat di Jawa-Bali
“Lewat karya ini, saya ingin menunjukkan, banyak peran harus saling berjalan seimbang dan bagaimana mencari cara beradaptasi dalam menjalani keduanya,” kata Mila.
Tak jarang pula, Mila mengajak anaknya untuk ikut berkarya. Hal ini ia putuskan sebagai salah satu jawaban yang cukup solutif atas karesahannya dalam membagi peran sebagai ibu dan penari.
“Tidak perlu memilih, kalau keduanya bisa berjalan beriringan. Anak-anak awalnya masih rewel, tapi lama-lama terbiasa dan malah senang kalau diajak ibunya menari,” katanya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.