Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
KILAS

Doni Monardo Tegaskan Tidak Ada Alasan Bagi Masyarakat Tolak Pelacakan Kontak

Kompas.com - 22/11/2020, 18:25 WIB
Dwi NH,
Sri Noviyanti

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Ketua Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 Letnan Jenderal (Letjen) Tentara Nasional Indonesia (TNI) Doni Monardo mengatakan, tidak ada alasan bagi masyarakat untuk menolak pelacakan kontak.

“Sebab, penanganan kesehatan adalah sebuah kerja kemanusiaan,” ujar Doni dalam rilis yang diterima Kompas.com, Minggu (22/11/2020).

Oleh karenanya, lanjut Doni, tenaga kesehatan hendak memastikan gejala sakit dikenali lebih awal dan demikian juga dengan riwayat kontak pasien.

"Semakin cepat diketahui, penularan lebih luas bisa dicegah. Ini karena mayoritas penderita Covid-19 adalah orang tanpa gejala (OTG),” tutur Doni seperti dalam keterangan tertulisnya yang Kompas.com terima.

Baca juga: Ketua Satgas Covid-19 Minta Petugas Kesehatan Melakukan Pendekatan Persuasif

Menurut Doni, titik paling krusial saat ini dalam memperkecil risiko kematian akibat Covid-19 dengan menjaga agar pasien tidak berpindah fase atau kategori sakit.

Selain itu, diusahakan pula bagi pasien agar tetap dengan gejala ringan sehingga lebih mudah disembuhkan.

“Ini adalah prioritas dokter dan tenaga kesehatan sekarang, apalagi dalam seminggu terakhir tingkat penularan cenderung meningkat,” papar Doni.

Lebih lanjut, Doni menjelaskan, kasus baru Covid-19 di Indonesia pada Sabtu (21/11/2020) yang tercatat mengalami peningkatan sebesar 4.998 dalam sehari.

Baca juga: Satgas Covid-19 Imbau Masyarakat Tebet, Petamburan, dan Megamendung Tes PCR

Adapun Daerah Khusus Ibu Kota (DKI) Jakarta tercatat sebagai provinsi tertinggi penyumbang kasus, yakni mencapai 1.579 atau 31,6 persen dari kasus nasional. Kenaikan angka ini menyusul berbagai kasus kerumunan di wilayah.

“Dengan tambahan kasus pada Sabtu, tercatat 493.308 orang terkonfirmasi positif, sedangkan 413.955 di antaranya sembuh atau sekitar 83,9 persen,” terang Doni.

Sementara itu, kata Doni, total pasien meninggal sebanyak 15.774 orang, bertambah 96 orang dibandingkan total pasien meninggal sehari sebelumnya.

Pasien meninggal di seluruh dunia telah mencapai 1,39 juta jiwa,” ujarnya.

Baca juga: Satgas Covid-19 Abai Prokes, 25 Dokter Ancam Tak Terima Pasien Corona Baru

Memutus penularan Covid-19 dengan 3T

Dalam kesempatan tersebut Doni menyampaikan, salah satu cara memutus mata rantai penularan Covid-19 adalah dengan melakukan testing (pemeriksaan), tracking (pelacakan) dan treatment (perawatan) (3T) yang tepat kepada pasien yang tertular.

“Namun, pemeriksaan dan pelacakan ternyata tidak mudah dilakukan karena terjadi penolakan di masyarakat,” ungkapnya.

Doni menduga, fenomena ini terjadi karena di masyarakat masih berkembang stigma negatif bagi penderita Covid-19 takut divonis tertular.

“Padahal, masyarakat tak perlu takut karena mayoritas penderita Covid-19 sembuh,” ujarnya.

Baca juga: Relawan Satgas Covid-19 Mundur, Wagub DKI: Harusnya Ikhlas, Tulus, Berkorban

Seperti di Indonesia sekarang, lanjut Doni, angka kesembuhan telah menembus 83,9 persen dari kasus aktif. Nilai tersebut jauh di atas kesembuhan dunia yang hanya di level 69 persen.

“Untuk itu jangan takut, sebab penularan Covid-19 yang makin cepat diketahui akan memudahkan pasien menjalani pemulihan,” ucapnya.

Namun sebaliknya, kata Doni, bila terlambat, risiko tingkat kematian akan semakin tinggi, apalagi bila pasien juga memiliki penyakit bawaan.

Berdasarkan data yang dihimpun Satgas Penanganan Covid-19 dari Rumah Sakit (RS) Persahabatan Jakarta, ditemukan pasien dengan kategori ringan memiliki risiko kematian nol persen.

Baca juga: Satgas Covid-19 Distribusikan Jutaan Alat Material Kesehatan, dari Masker hingga Ventilator

Sementara itu, pasien dengan kategori sedang mencapai 2,6 persen, pasien kategori berat 5,5 persen dan pasien kategori kritis memiliki risiko kematian 67,4 persen.

Doni memaparkan, kategori kritis adalah pasien dengan komplikasi infeksi berat yang mengancam kematian, pneumonia berat, serta gagal oksigenasi dan ventilasi.

“Tak sedikit pasien memasuki fase kritis karena sebelumnya memiliki penyakit bawaan seperti hipertensi, diabetes, ginjal, dan gangguan paru,” ujar Doni.

Baca juga: Satgas Covid-19: Pemda Jangan Segan Minta Bantuan ke Pemerintah Pusat

Kerja sama dengan Kemenkes 

Sebagai langkah lebih lanjut dalam mencegah penularan Covid-19, Satgas Penanganan Covid-19 bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dan Dinas Kesehatan (Dinkes) Daerah.

Satgas Covid-19 saat ini telah menurunkan lebih dari 5.000 relawan tracer atau pelacak kontak untuk melakukan deteksi awal penularan di 10 prioritas.

Namun, upaya melakukan pelacakan ternyata tidak mudah karena sebagian masyarakat menolak untuk diperiksa.

Ketua Bidang Penanganan Kesehatan Satgas Covid-19 Alexander K Gintings menambahkan, timnya saat ini sedang berada di lapangan untuk melakukan penelusuran kontak erat pasien.

Baca juga: Satgas Covid-19: Keputusan Libur Panjang Ditentukan Berdasarkan Kedisiplinan Masyarakat

“Para pelacak kontak ini sekarang tengah mengalami persinggungan dengan masyarakat untuk memutus rantai penularan,” ujar Alexander.

Alexander menegaskan, gerakan kesehatan untuk menanggulangi Covid-19 adalah sebuah gerakan kemasyarakatan non partisan, untuk kemanusiaan, non diskriminatif dan pro terhadap kehidupan.

“Ini yang perlu ditanamkan sehingga masyarakat tidak perlu resisten agar anggota di lapangan bekerja aman dan nyaman serta tidak dicurigai,” terangnya.

Alex menambahkan, semua pihak berjuang memutuskan rantai penularan dengan menerapkan protokol kesehatan.

Baca juga: Satgas Covid-19 Pahami Kekecewaan Sejumlah Relawan yang Mundur karena Kerumunan Pendukung Rizieq Difasilitasi

Maka dari itu, pihaknya juga perlu kelompok pendukung, yaitu tim pelacak kontak dari Dinkes, Kemenkes, dan Satgas Penanganan Covid-19.

“Jadi tim pelacak kontak adalah sahabat masyarakat yang menolong saya, keluarga, dan sahabat-sahabat semua dari rantai penularan Covid-19,” tuturnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com