Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
KILAS

Cuci Darah Selama 6 Tahun, Bapak Ini Sebut Penyakitnya Bukan Musibah

Kompas.com - 10/11/2020, 09:02 WIB
Dwi NH,
Mikhael Gewati

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Tidak seperti penderita gagal ginjal pada umumnya, Gatot Sumarjono (66) terlihat bersemangat ketika menceritakan kehidupan pahitnya sebagai pasien hemodialisis atau cuci darah.

Bermula dari sering mengonsumsi minuman energi, pensiunan PT Kereta Api Indonesia (KAI) (Persero) ini harus menjalani cuci darah selama 6 tahun terakhir.

“Dulu kata dokter, gagal ginjal saya karena sering mengonsumsi minuman berenergi. Itu minuman bikin tak mudah capek, tapi sekarang tubuh saya yang cepat lelah,” keluh Gatot, kepada Kompas.com melalui sambungan telepon, Kamis (5/11/2020).

Gatot mengaku, dirinya sudah lama mengonsumsi minuman tersebut untuk menunjang rutinitas padatnya yang sering melakukan pengecekan dari Stasiun Pasuruan sampai Stasiun Banyuwangi.

Baca juga: 2 Pegawai Positif Covid-19, Kantor BPJS Kesehatan Palopo Tutup Layanan

“Waktu cek kesehatan dari layanan KAI pada Januari 2010 normal semua. Tapi enam bulan setelahnya, saya jadi mual dan muntah setiap kali makan, sampai badan ikut lemas," ujar Gatot.

Hal tersebut pun sangat memengaruhi aktivitasnya sebagai Kepala Stasiun Kalisat (KLT) Jember saat itu.

Akhirnya Gatot memeriksakan diri ke klinik setempat dan diberi obat lambung. Namun setelah mengonsumsi obat tersebut tidak ada perubahan.

Karena kondisinya tak kunjung membaik, Gatot berinisiatif memeriksakan diri ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr. Soebandi Jember menggunakan layanan Asuransi Kesehatan (Askes).

Baca juga: Hampir sebulan Opname di RS, Pria Ini Berobat Gratis dengan BPJS Kesehatan

"Saat itu lah diketahui bahwa saya mengidap gagal ginjal dari hasil ultrasonografi (USG) yang dilakukan dokter. Saya harus menjalani rawat inap dua minggu," katanya.

Setelah keadaan Gatot mulai membaik, dokter menyarankannya harus melakukan cuci darah. Dari situ, perasaan panik dan takut tak dapat dia sembunyikan.

Enggan mengiyakan saran dokter, Gatot malah memutuskan pulang untuk menjalani pengobatan alternatif dengan mengonsumsi obat herbal dan berbagai macam jamu selama dua bulan

Sayangnya, hal itu membuat penyakit Gatot semakin parah. Kadar kreatininnya malah mencapai angka 30 miligram per desiliter (mg/dL), sehingga mau tak mau dia harus menjalani cuci darah.

Baca juga: Kawal Pelaksanaan Pelayanan, BPJS Kesehatan Bekerja Sama dengan TKMKB

Dilansir dari laman medicin.net, kadar kreatinin normal bagi pria dewasa adalah sekitar 0,6-1,2 mg/dL, sementara untuk wanita dewasa 0,5-1,1 mg/dL.

Kadar kreatinin tinggi menunjukkan adanya gangguan atau kerusakan fungsi ginjal.

“Saya juga takut banyak yang bilang orang gagal ginjal pasti meninggal, tetapi sekarang saya tak peduli. Bagaimanapun semua manusia akan meninggal bukan hanya pengidap gagal ginjal,” jelas Gatot.

Halaman:


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com