Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

YLKI Duga Ada Upaya Mengaburkan Pesan Peringatan Kesehatan di Bungkus Rokok

Kompas.com - 19/07/2020, 09:26 WIB
Deti Mega Purnamasari,
Diamanty Meiliana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Yayasan Lembaga Perlindungan Konsumen Indonesia (YLKI) menduga ada upaya mengaburkan pesan peringatan kesehatan dalam bungkus rokok.

Pengaburan pesan kesehatan itu dilakukan dengan cara menutup pesan tersebut dengan pita cukai.

Temuan itu berdasarkan survei yang dilakukan YLKI tentang penerapan peringatan kesehatan bergambar tersebut dan efektivitasnya.

"Salah satu temuannya ada dugaan upaya mengaburkan pesan tersebut. Peringatan kesehatan bergambar itu tidak efektif karena tertutup pita cukai sehingga pesan kesehatan tidak muncul," ujar Ketua Pengurus Harian YLKI Tulus Abadi, dikutip dari siaran pers, Minggu (19/7/2020).

Baca juga: Gambar Peringatan pada Bungkus Rokok Efektif Kurangi Perokok, Ahli Jelaskan

Atas temuan tersebut, pihaknya mempertanyakan, apakah pita cukai tersebut didesain untuk menutupi pesan kesehatan itu atau tidak.

Ia mengatakan, YLKI mempersoalkan penempatan pita cukai itu pada Direktorat Bea Cukai dan meminta agar ketentuannya diperbaiki.

Caranya adalah dengan mengubah desain sehingga pita cukai tidak menutup pesan kesehatan bergambar.

"Pita cukai yang dilekatkan di atas peringatan kesehatan bergambar pada bungkus rokok membuat pesan dalam peringatan kesehatan bergambar menjadi tak sepenuhnya sampai," kata dia.

Baca juga: Peringatan Bergambar di Bungkus Rokok Indonesia Paling Kecil

Ia menilai, ruang peringatan yang hanya 40 persen terlalu kecil dan kurang kuat memberikan pesan bahaya rokok kepada masyarakat.

Ruang tersebut sangat kecil apabila dibandingkan dengan negara lain yang lebih berani menerapkan kebijakan pengendalian tembakau.

"Kami meminta pemerintah, untuk menurunkan prevalensi merokok, peringatan kesehatan bergambar harus diperluas menjadi di atas 70 persen agar lebih informatif pada konsumen. Semakin besar semakin baik karena memberikan pesan lebih kuat pada konsumen,” kata Tulus.

Pasalnya, di sisi lain industri rokok juga tetap leluasa mempromosikan produknya.

Baca juga: WHO Usulkan Bungkus Rokok Tonjolkan Gambar Peringatan

Menurut dia, fakta tersebut menunjukkan regulasi tentang pengendalian tembakau di Indonesia yang masih sangat lemah, tidak sinkron antara lembaga satu dan lainnya, serta banyak tumpang tindih.

"YLKI mendesak pemerintah agar menyinkronkan kebijakan dan gerak langkah instansi terkait agar agenda meningkatkan sumber daya manusia berkualitas dan berdaya saing," kata dia.

Ia mengatakan, peringatan kesehatan bergambar dalam bungkus rokok memberikan informasi pada konsumen agar lebih berhati-hati terhadap produk beracun yang menimbulkan adiktif.

Menurutnya, peringatan kesehatan bergambar yang lebih besar pada bungkus rokok akan mengefektifkan upaya pengendalian tembakau.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 3 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 3 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Sidang Perdana Hakim Agung Gazalba Saleh di Kasus Gratifikasi dan TPPU Digelar 6 Mei 2024

Sidang Perdana Hakim Agung Gazalba Saleh di Kasus Gratifikasi dan TPPU Digelar 6 Mei 2024

Nasional
Respons MA soal Pimpinan yang Dilaporkan ke KY karena Diduga Ditraktir Makan Pengacara

Respons MA soal Pimpinan yang Dilaporkan ke KY karena Diduga Ditraktir Makan Pengacara

Nasional
KY Verifikasi Laporan Dugaan Pelanggaran Etik Pimpinan MA, Dilaporkan Ditraktir Makan Pengacara

KY Verifikasi Laporan Dugaan Pelanggaran Etik Pimpinan MA, Dilaporkan Ditraktir Makan Pengacara

Nasional
Terbaik di Jatim, KPK Nilai Pencegahan Korupsi dan Integritas Pemkot Surabaya di Atas Rata-rata Nasional

Terbaik di Jatim, KPK Nilai Pencegahan Korupsi dan Integritas Pemkot Surabaya di Atas Rata-rata Nasional

BrandzView
Saksi Sebut SYL Bayar Biduan Rp 100 Juta Pakai Duit Kementan

Saksi Sebut SYL Bayar Biduan Rp 100 Juta Pakai Duit Kementan

Nasional
Dukung Pemasyarakatan Warga Binaan Lapas, Dompet Dhuafa Terima Penghargaan dari Kemenkumham

Dukung Pemasyarakatan Warga Binaan Lapas, Dompet Dhuafa Terima Penghargaan dari Kemenkumham

Nasional
Menginspirasi, Local Hero Pertamina Group Sabet 8 Penghargaan dari Kementerian LHK

Menginspirasi, Local Hero Pertamina Group Sabet 8 Penghargaan dari Kementerian LHK

Nasional
Prabowo Terima Menhan Malaysia, Jalin Kerja Sama Industri Pertahanan dan Pertukaran Siswa

Prabowo Terima Menhan Malaysia, Jalin Kerja Sama Industri Pertahanan dan Pertukaran Siswa

Nasional
Satgas Rafi 2024 Usai, Pertamina Patra Niaga Apresiasi Penindakan Pelanggaran SPBU oleh Aparat

Satgas Rafi 2024 Usai, Pertamina Patra Niaga Apresiasi Penindakan Pelanggaran SPBU oleh Aparat

Nasional
TNI dan Perwakilan Militer Indo-Pasifik Gelar Perencanaan Akhir Latma Super Garuda Shield 2024

TNI dan Perwakilan Militer Indo-Pasifik Gelar Perencanaan Akhir Latma Super Garuda Shield 2024

Nasional
Cegah Penyalahgunaan, Satgas Pangan Polri Awasi Distribusi Perusahaan Gula di Jawa Timur

Cegah Penyalahgunaan, Satgas Pangan Polri Awasi Distribusi Perusahaan Gula di Jawa Timur

Nasional
Jelang World Water Forum Ke-10 di Bali, Panglima Agus Minta Bais TNI Mitigasi Ancaman

Jelang World Water Forum Ke-10 di Bali, Panglima Agus Minta Bais TNI Mitigasi Ancaman

Nasional
Kisah Ayu, Bidan Dompet Dhuafa yang Bantu Persalinan Saat Karhutla 

Kisah Ayu, Bidan Dompet Dhuafa yang Bantu Persalinan Saat Karhutla 

Nasional
Dinilai Berhasil, Zulhas Diminta PAN Jatim Jadi Ketum PAN 2025-2030

Dinilai Berhasil, Zulhas Diminta PAN Jatim Jadi Ketum PAN 2025-2030

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com