Dalam memorial yang dibacakan Letjend TNI (Purn) Edwin Soejono di pemakaman, sosok Pramono Edhie dinilai menjadi salah satu legenda di Angkatan Darat.
Ia telah berusaha dan berjuang keras untuk mengabdi kepada TNI, bangsa, dan negara.
Karya almarhum yang paling dikenang adalah modernisasi alat utama sistem senjata (Alutsista) TNI saat beliau menjabat sebagai Kepala Staf TNI Angkatan Darat 2011-2013, antara lain pengadaan senjata kavaleri main battle tank leopard buatan Jerman, peralatan artileri meriam 155 Caesar buatan Perancis, juga pengadaan helikopter serbu Apache buatan Amerika Serikat.
Almarhum juga kerap turun langsung dan sukses mengabdikan jiwa raganya dalam menjalankan tugas negara, di dalam negeri maupun luar negeri.
Ia pernah bertugas saat pengibaran bendera kebangsaan merah putih di atas puncak tertinggi dunia Gunung Everest (8.848 mdpl) di Nepal pada Sabtu 26 April 1997 pukul 15.40 waktu Nepal.
Saat itu, Pramono Edhie Wibowo ditunjuk sebagai koordinator oleh Komandan Kopassus Mayor Jenderal TNI Prabowo Subianto.
Tugas itu berhasil dijalankan dan sukses mengharumkan nama TNI di mata dunia.
Indonesia pun hingga kini dikenal sebagai negara pertama di Asia Tenggara yang mampu mencapai puncak tertinggi di dunia.
Baca juga: Pramono Edhie Meninggal, SBY: Kita Kehilangan Salah Satu Prajurit Terbaik
Sungkan
Kepala Staf TNI Angkatan Darat Jenderal TNI Andika Perkasa mengatakan, baru mengetahui alasan Pramono Edhie Wibowo jarang tampil di Markas Besar TNI Angkatan Darat.
Rupanya, Edhie merasa sungkan saat dirinya masuk ke dunia politik.
"Baru hari ini kita tahu, itulah (pesan) yang ingin dicetuskan kepada keluarga, bahwa selama beliau menjadi bagian dari partai politik, katanya beliau sangat sungkan. Jadi itulah terakhir bertemu dan berinteraksi di Markas Besar Angkatan Darat," kata Andika.
Dalam memorial yang dibacakan Letjend TNI (Purn) Edwin Soejono, Jenderal TNI Purnawirawan Pramono Edhie Wibowo merupakan ajudan Presiden ke-5 Republik Indonesia, Megawati Soekarno Putri ketika ada kontestasi Pemilihan Presiden 2004.
Saat itu, kakak iparnya, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) juga bersaing dalam kontestasi Pilpres 2004 tersebut. Edhie tetap menjalankan dinasnya dengan paripurna.
Soejono mengatakan bahwa Edhie tidak pernah membawa persoalan politik pada keluarga.