"Jangan setengah-setengah dalam pengabdian, berikan yang terbaik."
(Jenderal TNI (Purn.) Djoko Santoso, 1952-2020.)
SIANG itu, pertengahan September 2018, di kantor DPP Partai Gerindra, Ragunan, Jakarta Selatan, baru saja digelar rapat Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandi.
Seperti biasa Pak Djoko Santoso keluar dari ruang rapat lantai 4 bersama Pak Yunus Yosfiah dan beberapa anggota BPN lainnya.
Saya mengejarnya, karena Infokom PIRA –media yang sedang saya kerjakan bersama teman-teman PIRA (Perempuan Indonesia Raya)- ingin wawancara khusus dengannya tentang visi BPN dan akankah melibatkan peran perempuan lebih banyak.
Ajudan sudah memberi tanda, Bapak Djoksan –begitu kami memanggilnya- ada acara lain, dan wawancara dengan kami belum pernah dijadwalkan. Saat itu, bertanya tentang visi kampanye capres itu susah. Saya lalu izin ajudannya, bicara dulu dengan beliau.
Panglima TNI 28 Desember 2007-28 September 2010 ini rupanya melihat kami, tiga perempuan yang terpontal-pontal mengejarnya sambil membawa kamera besar dan tripod. Tentu aneh, karena kalau wartawan umumnya pasti menunggu di lobi bawah.
Saya mengutarakan niat. Di luar dugaan, ia mengembangkan tangannya.
“Boleh sekali, saya duduk di mana?” jawab dia.
Beliau memilih sebuah pojok, jauh dari keramaian. Kamerawati saya memasang tripod dan kamera. Saya serta seorang lagi teman yang sudah lama kenal dengannya menderas satu demi satu pertanyaan.
Pak Djoksan menjawab semuanya dengan tuntas. Ia balik bertanya apa niat media kami menulis tentang visi BPN.
“Sangat kurang suara perempuan di partai, dan saya melihat begitu pula di BPN,” jawab saya.
Sambil mengangguk-angguk mendengarkan semuanya, beliau lalu menawarkan solusi.
“Infokom PIRA masuklah dalam BPN,” kata Pak Djoksan.
Kami waktu itu berjanji akan membantu di belakang layar saja lewat berbagai tulisan.