JAKARTA, KOMPAS.com - Peneliti Eijkman-Oxford Clinical Research Unit (EOCRU) Iqbal Elyazar mendesak pemerintah mengoptimalisasi kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar ( PSBB) seiring belum ditemukannya vaksin Covid-19.
"Saya melihat PSBB itu pilihan kita, optimalisasi PSBB yang harus dipertahankan," ujar Iqbal dalam konferensi pers Koalisi Warga untuk Covid-19, Senin (11/5/2020).
Iqbal menyebut, secara teori, implementasi dari penerapan PSBB berdampak dalam meredam penyebaran virus corona.
Baca juga: Acara Penutupan McDonalds Sarinah Langgar PSBB, Satpol PP Tegur Manajamen
Dia juga mencatat terjadi pengurangan akivitas warga di luar rumah yang berada di Pulau Jawa sebanyak 50 persen.
Menurutnya, momentum tersebut yang harus dipertahankan pemerintah dengan mendorong daerah lain turut mengoptimalisasi PSBB.
"Di daerah lain optimsalisi PSBB itu yang belum berjalan optimal, kita butuh sampai 80 persen, kita belum melihat itu. Jadi, masih ada ruang perbaikan PSBB," katanya.
Baca juga: Surabaya Dinilai Gagal Tangani Covid-19 Saat PSBB, Apa Penyebabnya?
Sementara itu, pakar epidemiologi dari Universitas Padjajaran Bandung Panji Fortuna Hadisoemarto menuturkan, pshycal distancing menjadi satu-satunya metode untuk mengurangi penularan saat vaksin belum ditemukan.
Walaupun begitu, pemerintah juga harus memperhitungkan perekonomian, sosial, politik, dan keamanan.
"Idealnya adalah kondisi yang diperlukan harus disiapkan. Bansos harus jalan, keberlangsungan hidup jalan, penghidupan juga harus terjamin," ungkap Panji.
Baca juga: PSBB, Masa Tepat bagi Orangtua Tingkatkan Kualitas Hubungan Keluarga
Diberitakan, penelitian pengembangan vaksin virus corona yang dilakukan oleh sejumlah perusahaan kini telah memasuki uji klinis.
Tulis komentar dengan menyertakan tagar #JernihBerkomentar dan #MelihatHarapan di kolom komentar artikel Kompas.com. Menangkan E-Voucher senilai Jutaan Rupiah dan 1 unit Smartphone.
Syarat & Ketentuan