Lalu untuk apa hasil hitung cepat?
Hitung cepat dilakukan selama belasan atau bahkan puluhan kali pada saat pemilihan baik di daerah maupun di pusat, sejak 3 pemilu sebelumnya. Lalu bagaimana hasilnya?
Kuncinya dua. Pertama, pengambilan TPS sampel yang tepat. Kedua, jumlah sampel. Hasilnya, angka quick count alias hitung cepat tidak pernah melebihi angka 1 persen dibanding angka KPU.
Bahkan Litbang Kompas dalam Pilkada DKI Jakarta lalu hanya memiliki selisih perbedaan 0,04 persen dari hasil KPU.
Hasil quick count Kompas, pasangan Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat memperoleh 42 persen dan pasangan Anies Baswedan-Sandiaga Uno memperoleh 58 persen. Sementara hasil akhir KPU, Basuki-Djarot mendapat 42,04 persen dan Anies-Sandi 57,96 persen. Baca juga: Membandingkan Hasil Quick Count Litbang Kompas dengan KPU Sejak 2007
Meski tak pernah melebihi selisih angka lebih dari 1 persen suara, menunggu hasil resmi KPU selalu digemakan. Karena memang hitung cepat alias Quick Count bukanlah hasil resmi, melainkan hasil bayangan dari produk survei yang hasilnya sangat mendekati dengan hasil KPU.
Sejarah membuktikan, quick count yang dilakukan dengan metodologi yang tepat hasilnya pun tepat. Indonesia memiliki lembaga-lembaga survei yang kredibel dalam soal quick count ini.
Anda masih tidak percaya?
Saya Aiman Witjaksono
Salam!