Ketika itu, Brigjen Amirmachmud adalah Panglima Kodam Jaya Jakarta yang memiliki pengaruh terhadap wilayah Jakarta.
Sebelum penandatanganan Supersemar, Amirmachmud mendapatkan amanat dari Soekarno untuk datang ke rapat kabinet pada 11 Maret 1966.
Karena suasana dan kondisi yang kurang memungkinkan, Soekarno terpaksa meninggalkan rapat tersebut.
Sore harinya, dia menemui Soekarno di Istana Bogor. Dilansir dari harian Kompas yang terbit pada 15 Maret 1971, Amirmachmud mengungkapkan bahwa penandatanganan surat tersebut dilakukan di ruang tengah paviliun Istana Bogor.
Amirmachmud sempat kaget terhadap isi surat itu. Menurut dia, surat itu berbunyi seperti penyerahan kekuasaan kepada Soeharto.
M Jusuf merupakan salah satu tokoh sentral sebab menjadi satu dari tiga perwira tinggi TNI AD yang menerima Supersemar dari Soekarno untuk diserahkan ke Soeharto.
Pada waktu itu, M Jusuf menjabat sebagai Menteri Perindustrian Dasar dan menemani Brigjen Amirmachmud dan Mayjen Basuki Rachmat menemui Soekarno di Istana Bogor.
Selaku menteri, M Jusuf pasti mempunyai kedekatan baik dengan Soekarno selaku Presiden dan Soeharto selaku Panglima Angkatan Darat.
Karena kondisi yang tak menentu, permintaan Soeharto untuk menemui Presiden Soekarno dianggapnya hal yang biasa.
Mayjen Basuki Rachmat merupakan Menteri Veteran dan Demobilisasi dari 1964 hingga 1966 dalam Kabinet Dwikora pimpinan Soekarno.
Bersama dengan Brigjen M Jusuf dan Brigjen Amirmachmud menjadi saksi kunci penandatanganan Supersemar pada 11 Maret 1966.
Setelah mendapatkan surat tersebut, ketiga jenderal itu langsung menemui Soeharto untuk menentukan kebijakan sesuai yang tertera dalam surat itu.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.