Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Peran 5 Tokoh Penting dalam Penyerahan Supersemar...

Kompas.com - 11/03/2019, 15:55 WIB
Bayu Galih,
Aswab Nanda Pratama

Tim Redaksi

Sorenya, tiga jenderal menemui Presiden Soekarno di Istana Bogor, yaitu Mayjen Basoeki Rachmat, Brigjen M Jusuf, dan Brigjen Amirmachmud. Saat itulah Soekarno disebut memberikan mandat Supersemar untuk diberikan kepada Soeharto.

Meski demikian, ada juga pernyataan yang menyebut hadirnya jenderal keempat, yaitu Maraden Panggabean.

Ajudan Soekarno, Soekardjo Wilardjito, mengungkap bahwa sang Presiden dalam kondisi tertekan saat meneken surat itu karena todongan pistol FN 46 yang dilakukan Panggabean.

Baca juga: Benarkah Soekarno Ditodong Pistol Saat Teken Supersemar?

Soekardjo pun dengan cepat mencabut pistolnya melihat ada jenderal yang bergerak dengan senjata.

Menurut Soekardjo, karena tak ingin ada pertumpahan darah Soekarno akhirnya bersedia menandatangani Supersemar. Soekarno berharap kelak mandat itu akan dikembalikan kepadanya.

Namun, pada 1998 Maraden membantah cerita itu dan menuduh Soekardjo bohong. Bantahan juga disampaikan M Jusuf dan Soebandrio yang ada di lokasi.

2. Soeharto

Soeharto merupakan penerima mandat Supersemar yang membuat karier kepemimpinannya melesat. Saat 11 Maret 1966 itu, Soeharto merupakan Menteri/Panglima Angkatan Darat.

Namun, Soeharto tidak mengikuti rapat di Istana Merdeka karena sakit.

Dalam diorama yang ada di Monumen Nasional, digambarkan bahwa Soeharto terbaring di ranjang. Di samping ranjang itu terlihat tiga jenderal,  Mayjen Basoeki Rachmat, Brigjen M Jusuf, dan Brigjen Amirmachmud, yang dinarasikan menyerahkan Supersemar dari Soekarno kepada Soeharto.

Baca juga: Kisah di Balik Dua Versi Diorama Supersemar di Monas

Terlepas dari sakit yang dideritanya, Soeharto bergerak cepat setelah menerima Supersemar. Langkah pertama yang diambil Soeharto adalah membubarkan PKI pada 12 Maret 1966. PKI kemudian dinyatakan sebagai organisasi terlarang.

Soeharto tak berhenti sampai di situ sebab pada 18 Maret 1966 dia menangkap 15 menteri yang menjadi loyalis Soekarno.

Beberapa hari kemudian, tepatnya 22 Maret 1966, Soeharto mulai melakukan kontrol terhadap pers. Setiap pemberitaan mengenai berita politik dari RRI dan TVRI harus seizin dari dinas penerangan Angkatan Darat.

Angkatan Darat pun harus mengetahui berita apa yang akan ditulis oleh koran atau media massa lain. Mereka punya hak untuk melarang sebuah berita diterbitkan apabila dianggap membahayakan stabilitas negara.

Jika melihat seluruh rangkaian tindakan yang dilakukan selama Maret 1966, Asvi Warman Adam menyimpulkan bahwa ada indikasi Soeharto melakukan "kudeta merangkak".

Baca juga: Aksi Soeharto Berbekal Supersemar, dari Bubarkan PKI hingga Kontrol Media

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Sedang di Yogyakarta, Ganjar Belum Terima Undangan Penetapan Prabowo-Gibran dari KPU

Sedang di Yogyakarta, Ganjar Belum Terima Undangan Penetapan Prabowo-Gibran dari KPU

Nasional
Pakar Nilai Gugatan PDI-P ke PTUN Sulit Dikabulkan, Ini Alasannya

Pakar Nilai Gugatan PDI-P ke PTUN Sulit Dikabulkan, Ini Alasannya

Nasional
Airlangga Klaim Pasar Respons Positif Putusan MK, Investor Dapat Kepastian

Airlangga Klaim Pasar Respons Positif Putusan MK, Investor Dapat Kepastian

Nasional
PDI-P Sebut Proses di PTUN Berjalan, Airlangga Ingatkan Putusan MK Final dan Mengikat

PDI-P Sebut Proses di PTUN Berjalan, Airlangga Ingatkan Putusan MK Final dan Mengikat

Nasional
Golkar Belum Mau Bahas Jatah Menteri, Airlangga: Tunggu Penetapan KPU

Golkar Belum Mau Bahas Jatah Menteri, Airlangga: Tunggu Penetapan KPU

Nasional
Prabowo: Kami Berhasil di MK, Sekarang Saatnya Kita Bersatu Kembali

Prabowo: Kami Berhasil di MK, Sekarang Saatnya Kita Bersatu Kembali

Nasional
Kepala BNPT: Waspada Perkembangan Ideologi di Bawah Permukaan

Kepala BNPT: Waspada Perkembangan Ideologi di Bawah Permukaan

Nasional
KPK Dalami 2 LHKPN yang Laporkan Kepemilikan Aset Kripto, Nilainya Miliaran Rupiah

KPK Dalami 2 LHKPN yang Laporkan Kepemilikan Aset Kripto, Nilainya Miliaran Rupiah

Nasional
Pertamina dan Polri Jalin Kerja Sama dalam Publikasi untuk Edukasi Masyarakat

Pertamina dan Polri Jalin Kerja Sama dalam Publikasi untuk Edukasi Masyarakat

Nasional
Satkar Ulama Dukung Airlangga Jadi Ketum Golkar Lagi, Doakan Menang Aklamasi

Satkar Ulama Dukung Airlangga Jadi Ketum Golkar Lagi, Doakan Menang Aklamasi

Nasional
Gibran Temui Prabowo di Kertanegara Jelang Penetapan Presiden-Wapres Terpilih

Gibran Temui Prabowo di Kertanegara Jelang Penetapan Presiden-Wapres Terpilih

Nasional
KPU Batasi 600 Pemilih Tiap TPS untuk Pilkada 2024

KPU Batasi 600 Pemilih Tiap TPS untuk Pilkada 2024

Nasional
Dianggap Sudah Bukan Kader PDI-P, Jokowi Disebut Dekat dengan Golkar

Dianggap Sudah Bukan Kader PDI-P, Jokowi Disebut Dekat dengan Golkar

Nasional
PDI-P Tak Pecat Jokowi, Komarudin Watubun: Kader yang Jadi Presiden, Kita Jaga Etika dan Kehormatannya

PDI-P Tak Pecat Jokowi, Komarudin Watubun: Kader yang Jadi Presiden, Kita Jaga Etika dan Kehormatannya

Nasional
Menko Polhukam: 5.000 Rekening Diblokir Terkait Judi Online, Perputaran Uang Capai Rp 327 Triliun

Menko Polhukam: 5.000 Rekening Diblokir Terkait Judi Online, Perputaran Uang Capai Rp 327 Triliun

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com