JAKARTA, KOMPAS.com - Rohaniwan Franz Magnis Suseno mengatakan, pemilu bukan sebuah peperangan.
Pemilu juga bukan sebuah pesta karena tidak mungkin dalam proses penyelenggaraannya tak ditemui masalah.
Menurut Romo Magnis, penggunaan kata "perang" dalam pemilu bukan sebuah istilah yang tepat.
"Pemilihan Umum bukan perang. Saya merasa ucapan yang sudah lama bahwa pemilu itu pesta-pesta itu juga tidak tepat juga. Itu agak menggelikan bila menyebut suatu pesta, itu pura-pura seakan-akan tidak ada masalah," kata Romo Magnis dalam sebuah diskusi di Kantor Komisi Pemilihan Umum, Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (6/3/2019).
Baca juga: Kelompok Ini Ditugasi Jadi Pendingin Suasana Jelang Pemilu 2019
"Memang ada masalah, tapi jangan memakai bahasa perang. Bahasa perang itu bisa menimbulkan kebencian, bisa menimbulkan ketidakmampuan untuk menerima kalau kalah," lanjut dia.
Romo Magnis mengatakan, suasana pemilu yang tercipta sangat bergantung pada peserta, pelaksana, dan tim kampanye.
Ia menyebutkan, berdasarkan sejarah di Indonesia, pemilu berjalan dengan damai. Tradisi Pemilu 1955 dan 1999, masyarakat mampu secara psikologis menerima kekalahan kubu tertentu.
Tradisi itu perlu dijaga supaya tercipta suasana damai sepanjang tahapan pemilu.
"Sangat penting bahwa tradisi itu tidak diancam atau dirusak oleh kepentingan-kepentingan politik," ujar Romo Magnis.
Baca juga: Wapres Kalla: Tak Perlu Khawatir, Pemilu 2019 Pasti Aman
Romo Magnis mengatakan, perbedaan pendapat dan kritik adalah wajar. Kedua kubu harus bisa belajar dari perbedaan pendapat maupun kritik.
Akan tetapi, yang harus dihindari adalah membuat dan turut menyebarkan hoaks atau berita bohong.
Tak hanya peserta pemilu maupun tim kampanye, masyarakat juga diminta untuk tak menjadi produsen hoaks, serta tidak mudah percaya pada berita yang simpang siur.
"Kalau kita berbohong, membohongi nalar politik kita, kemudian di bantah, sesuatu dari kotoran itu tetap melekat pada dia sehingga dia kemudian berbau," kata Romo Magnis.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.