Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kinerja Masih Rendah, Partai Politik Diharap Lakukan Reformasi

Kompas.com - 07/08/2018, 16:45 WIB
Reza Jurnaliston,
Bayu Galih

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pengamat politik dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Syamsuddin Haris menyoroti kinerja partai politik yang masih mengecewakan.

Salah satu hal yang mengecewakan adalah masih banyak kader partai politik yang terjerat kasus korupsi yang ditangani Komisi Pemberantasan Korupsi.

Menurut Syamsuddin, partai politik perlu melakukan reformasi untuk menjalankan tugas-tugas konstitusionalnya.

"Reformasi parpol supaya apa, supaya demokrasi kita lebih baik, lebih sehat lagi, OTT  (operasi tangkap tangan) oleh KPK lebih sedikit, dan seterusnya," ujar Syamsuddin dalam diskusi di Hotel JS Luwansa, Jakarta, Selasa (7/8/2018).

Baca juga: Banyak yang Terjerat Korupsi, Rekrutmen Parpol Dinilai Harus Dibenahi

Selain itu, Syamsuddin juga menilai kinerja anggota DPR yang masih rendah dibanding oleh lembaga negara lain, seperti KPK, TNI, dan Presiden.

"Kinerja DPR parlemen kita itu juga buruk dibandingkan kinerja KPK, TNI, dan Presiden yang dinilai baik dan sangat baik," kata dia.

Lebih lanjut, Syamsuddin mengatakan, pemilu adalah ajang penting untuk terpilihnya pemimpin lewat prosedur demokrasi yang dilakukan dengan cara-cara yang akuntabel.

"Wakil-wakil (wakil-wakil rakyat) yang akuntabel melalui pileg dalam konteks pemilu serentak mendatang," kata dia.

Di sisi lain, Kepala Pusat Penelitian Politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Firman Noor menilai, sistem seleksi politik nasional meski dibenahi dan kaderisasi mesti dilakukan oleh partai politik.

Baca juga: Kalau Tak Mau Ditinggalkan, Parpol Disarankan Harus Cepat Berbenah

Firman mengatakan, suatu partai politik perlu memiliki garis ideologi yang teguh untuk membedakan dengan parpol lainnya.

"Partai harus punya jati diri, partai harus punya karakter. Orang bisa lihat perbedaan partai ini dan partai sana. Jangan bikin partai yang identitasnya sama akibatnya tidak memiliki identitas yang kuat," ujar dia.

"Kalau mereka tidak punya ideologi, semua akan digerakkan jaring-jaring pragmatis. Munculnya politik kartel, oligarki yang sifatnya transaksional atau politik dagang sapi," kata Firman.

Survei ahli LIPI mengungkap tingkat kepuasan publik terhadap lembaga. Hasilnya, partai politik dan DPR mendapatkan tingkat kepuasan rendah, yaitu sebesar 13,10 persen dan 23,45 persen.

Adapun lembaga yang terbilang mendapat tingkat kepuasan tinggi adalah KPK dengan 92,41 persen, TNI sebesar 80,69 persen, dan pers sebesar 71,03 persen.

Survai dilakukan oleh Tim Peneliti Pusat Penelitian Politik (LIPI) di 11 provinsi di Indonesia. Adapun, responden sebanyak 145 orang yang terdiri dari ahli politik, ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan keamanan yang berasal dari para akdemisi,aktivis, jurnalis, tokoh masyarakat, serta anggota kelompok profesi.

Survai ini menggunakan teknik non-probability sampling, yakni dengan menerapkan teknik purposive sampling, di mana sampel sumber data (ahli) dipilih berdasarkan pertimbangan-pertimbangan atau kriteria-kriteria tertentu.

Pembiayaan survei ini dilakukan dengan pendanaan APBN.

Kompas TV Survei Tunjukan Publik Puas Dengan Pemerintahan Jokowi
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Distribusikan Bantuan Korban Longsor di Luwu Sulsel, TNI AU Kerahkan Helikopter Caracal dan Kopasgat

Distribusikan Bantuan Korban Longsor di Luwu Sulsel, TNI AU Kerahkan Helikopter Caracal dan Kopasgat

Nasional
Hakim MK Cecar Bawaslu Terkait Kemiripan Tanda Tangan Pemilih

Hakim MK Cecar Bawaslu Terkait Kemiripan Tanda Tangan Pemilih

Nasional
Waketum Gerindra Nilai Eko Patrio Pantas Jadi Menteri Prabowo-Gibran

Waketum Gerindra Nilai Eko Patrio Pantas Jadi Menteri Prabowo-Gibran

Nasional
MKD Temukan 3 Kasus Pelat Nomor Dinas DPR Palsu, Akan Koordinasi dengan Polri

MKD Temukan 3 Kasus Pelat Nomor Dinas DPR Palsu, Akan Koordinasi dengan Polri

Nasional
Paradoks Sejarah Bengkulu

Paradoks Sejarah Bengkulu

Nasional
Menteri PPN: Hak Milik atas Tanah di IKN Diperbolehkan

Menteri PPN: Hak Milik atas Tanah di IKN Diperbolehkan

Nasional
Menkes: Indonesia Kekurangan 29.000 Dokter Spesialis, Per Tahun Cuma Produksi 2.700

Menkes: Indonesia Kekurangan 29.000 Dokter Spesialis, Per Tahun Cuma Produksi 2.700

Nasional
Kepala Bappenas: Progres Pembangunan IKN Tahap 1 Capai 80,82 Persen

Kepala Bappenas: Progres Pembangunan IKN Tahap 1 Capai 80,82 Persen

Nasional
Hakim MK Cecar KPU RI Soal Ubah Aturan Tenggat Waktu Rekapitulasi Suara Pileg

Hakim MK Cecar KPU RI Soal Ubah Aturan Tenggat Waktu Rekapitulasi Suara Pileg

Nasional
Pakar Hukum: PTUN Bisa Timbulkan Preseden Buruk jika Kabulkan Gugatan PDI-P

Pakar Hukum: PTUN Bisa Timbulkan Preseden Buruk jika Kabulkan Gugatan PDI-P

Nasional
Gerindra: Pak Prabowo Bisa Jadi Presiden Terpilih berkat Doa PKS Sahabat Kami

Gerindra: Pak Prabowo Bisa Jadi Presiden Terpilih berkat Doa PKS Sahabat Kami

Nasional
Pakai Pelat Palsu Anggota DPR, Pemilik Alphard dalam Kasus Brigadir RAT Bakal Dipanggil MKD

Pakai Pelat Palsu Anggota DPR, Pemilik Alphard dalam Kasus Brigadir RAT Bakal Dipanggil MKD

Nasional
Jokowi Soroti Banyak Program Pemerintah Pusat dan Daerah yang Tak Sinkron

Jokowi Soroti Banyak Program Pemerintah Pusat dan Daerah yang Tak Sinkron

Nasional
KPK Tak Hadir, Sidang Gugatan Status Tersangka Gus Muhdlor Ditunda

KPK Tak Hadir, Sidang Gugatan Status Tersangka Gus Muhdlor Ditunda

Nasional
Sebut Prabowo Tak Miliki Hambatan Psikologis Bertemu PKS, Gerindra: Soal Teknis Saja

Sebut Prabowo Tak Miliki Hambatan Psikologis Bertemu PKS, Gerindra: Soal Teknis Saja

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com