Meski saat itu Airlangga telah mengklaim memperoleh dukungan dari 31 Dewan Pimpinan Daerah (DPD), Titiek yang belum mendapat satu pun dukungan DPD tak gentar.
Semua berbalik 180 derajat. Setelah pandangan masing-masing DPD dan organisasi sayap Partai Golkar pemegang hak suara, Titiek justru menyatakan mundur dari kontestasi.
Ia pun menerima penunjukan Airlangga sebagai ketua umum secara aklamasi. Ia menyatakan enggan memperpanjang permasalahan yang kemudian berpotensi memunculkan kegaduhan.
"Ya enggak usahlah (maju). Semuanya sudah aklamasi, mau diapakan. Sudah disetujui semuanya dan Pak Airlangga memang kader yang bagus," ujar Titiek saat itu.
Baca: Titiek Soeharto Batal Calonkan Diri Jadi Ketum Golkar, Ada Apa?
Isu pergantian pimpinan MPR
Usai bermanuver saat Munaslub, nama Titiek kembali diperbincangkan dalam isu pegantian Wakil Ketua MPR.
Rapat Pleno DPP Partai Golkar menyetujui usulan pergantian Wakil Ketua MPR dari Fraksi Partai Golkar.
DPP menyetujui Siti Hediati Hariyadi atau Titiek Soeharto menjadi wakil ketua MPR menggantikan Mahyudin.
Ketua DPP Partai Golkar Ace Hasan Syadzily mengatakan, pergantian tersebut merupakan aspirasi dari sejumlah kader Partai Golkar yang menginginkan adanya keterwakilan perempuan di pimpinan MPR.
"Ini hanya pergantian biasa-biasa saja di dalam Partai Golkar, di samping memang ada aspirasi bahwa pimpinan MPR mesti ada perempuan juga," ujar Ace.
Namun, Mahyudin menegaskan, tak pernah ada kata setuju yang keluar darinya ihwal rencana pergantian tersebut.
"Dia (Airlangga) bilang, 'Cuma rotasi. Penyegaran. Supaya Pak Mahyudin banyak jabatan, jadi kalau nanti yang akan datang mau dipromosikan ke menteri gampang'. Kan omong kosong saja yang begitu," kata Mahyudin.
Baca juga: Ini Alasan Golkar Ajukan Titiek Soeharto Jadi Wakil Ketua MPR Gantikan Mahyudin
Ia menilai, alasan pergantian bukan untuk rotasi seperti yang disampaikan Airlangga. Mahyudin mengaku belum mengetahui alasan sesungguhnya pergantian dirinya dari pimpinan MPR.
Mahyudin justru mendengar rumor yang beredar bahwa saat Musyawarah Nasional Luar Biasa (Munaslub) Desember lalu, Airlangga sempat melobi Titiek agar tidak maju sebagai calon ketua umum dengan iming-iming akan memberikan putri Soeharto itu jabatan pimpinan MPR.
"Bahwa ada rumor (waktu munaslub) bergaining politik. Mbak Titiek (Siti Hediati Hariyadi) mau maju. Airlangga pengennya aklamasi, supaya (Mbak Titiek) tidak maju, bargaining-nya begitu," ucap Mahyudin.
Namun Titiek membantah rumor tersebut. Menurut Titiek, Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto menginginkan ada perwakilan perempuan di kursi pimpinan MPR.
Baca: Titiek Soeharto Bantah Ada "Bargaining" Terkait Penunjukannya sebagai Wakil Ketua MPR
Oleh sebab itu, Airlangga memutuskan untuk mengganti Mahyudin dan menunjuk Titiek.
"Ketum hanya ingin ada keterwakilan wanita ya di pimpinan lembaga tinggi negara ini dan kebetulan kemarin di pleno menyetujui saya untuk bisa duduk di sana," kata Titiek.
Namun, isu pergantian Wakil Ketua MPR menghilang dan tak muncul lagi ke permukaan.