Menurut Direktur Eksekutif Lembaga Survei Charta Politika, Yunarto Wijaya, rendahnya popularitas dua pasangan tersebut merupakan salah satu faktor mengapa mereka tak banyak dipilih warga Jabar.
"Tingkat pengenalan dua cagub lain jomplang. Bahkan tidak sampai 40 persen. Ngga dikenal, maka ngga disayang," ujar Yunarto.
"Agak sulit melihat membandingkan antara empat pasang calon yang tingkat pengenalannya berbeda jauh. Gap besar terjadi di Pilkada Jabar," tambah dia.
Parpol dan pendukung
Hasil survei terhadap pasangan calon itu tidak sejalan dengan elektabilitas parpol di Jabar.
Elektabilitas dua parpol yang mengusung Hasanuddin-Anton (PDI-P) dan Sudrajat-Syaikhu (Gerindra) justru berada di urutan atas.
Hasil survei, elektabilitas PDI-P di Jabar mencapai 22,1 persen. Sementara Gerindra di urutan kedua sebesar 14,7 persen.
Tingkat keterpilihan parpol lain berturut-turut, yakni Golkar (11,7 persen), PKS (8,2 persen), Demokrat (6,3 persen), PKB (6,2 persen), Nasdem (6,2 persen), PPP (6,1 persen), Perindo (3,4 persen), PAN (1,7 persen).
Dengan demikian, parpol tidak menjadi faktor utama dalam kemenangan pasangan calon.
Jika melihat data lebih dalam, hasil survei memperlihatkan pendukung PDI-P dan Gerindra tidak solid mendukung pasangan yang diusung partai.
Baca juga: Survei: Mayoritas Pendukung PDI-P Pilih 2DM, Gerindra Pilih Ridwan-UU
Mayoritas pendukung PDI-P (40,8 persen) malah memilih pasangan Deddy Mizwar-Dedi Mulyani.
Padahal, Hasanuddin adalah Ketua DPD PDI-P Jabar.
Sementara mayoritas pendukung Gerindra (44,3 persen) malah memilih Ridwan-UU.
Mereka tidak sejalan dengan pilihan Gerindra, meski Sudrajat adalah kader Gerindra yang dipilih Prabowo Subianto.
Yunarto menekankan, hasil survei ini belum tentu menggambarkan hasil ketika pemungutan suara nantinya.