Instruksi KSAU
KSAU Komodor Udara S. Suryadarma sebenarnya telah menginstruksikan tiga hal melalui perwakilan AURI di Singapura terkait penerbangan Dakota VT-CLA kembali ke Tanah Air.
Pertama, penerbangan dilakukan pagi-pagi sekali atau sore hari menjelang matahari terbenam.
Kedua, Setibanya di atas Maguwo tidak perlu mengadakan putaran terlebih dulu, tetapi langsung mendarat.
Ketiga, penerbangan dilakukan secara sendiri.
Peringatan KSAU tersebut untuk mengantisipasi adanya serangan balasan Belanda atas pengeboman yang dilakukan pada 29 Juli 1947 pagi.
Baca juga : PHB AURI, Tulang Punggung Komunikasi Pejuang Kemerdekaan RI
Tiga pesawat AURI menjatuhkan bom di Semarang, Salatiga dan Ambarawa. Serangan itu sempat membuat panik tentara Belanda.
Namun, pesawat meninggalkan Singapura pukul 13.00, menuju Pangkalan Udara Maguwo. Entah instruksi KSAU tidak sampai atau ada hal-hal lain yang dipertimbangkan sehingga pesawat Dakota VT-CLA berangkat tidak sesuai instruksi. Tidak ada pernyataan yang mendukungnya.
Selain itu, keberangkatan pesawat Dakota VT-CLA yang membawa obat-obatan ke Indonesia telah disiarkan secara khusus oleh media massa The Malayan Times.
Pada siaran tersebut dinyatakan bahwa penerbangan tersebut hanya bersifat pengiriman obat-obatan dan telah ada persetujuan antara pemerintah Inggris dan Belanda.
Di samping itu, keberangkatan pesawat Dakota dari Singapura biasanya telah dikirim flight plan ke Pemerintah Belanda di Indonesia melalui telegram begitu pesawat lepas landas. Semestinya telegram diterima oleh Belanda pada hari itu juga.
Dengan dasar ketentuan hukum internasional yang telah dipenuhi itu, seharusnya penerbangan pesawat Dakota berlaku secara legal menuju Maguwo, Yogyakarta. Namun, kenyataannya Belanda tetap menembak pesawat Dakota.
Hal ini merupakan fakta awal dari pengkhianatan Belanda yang terencana untuk menghancurkan Dakota VT-CLA yang tidak bersenjata.
Sementara, pihak Belanda mengatakan penembakan pesawat Dakota dilakukan dengan sangat terpaksa karena tidak memakai tanda palang merah dan tidak jelas tanda kebangsaannya.
Bagaimanapun juga, seperti dikuti dari buku tersebut, pihak Belanda telah mengetahui bahwa pesawat tersebut adalah Dakota VT-CLA yang dibuntuti lebih dulu.
Sementara dalam laporannya tanggal 31 Juli 1947, Gubernur Jenderal H. J. Van Mook menyatakan, "...pesawat tersebut (pesawat yang mengebom Semarang) dikejar dan di Maguwo ditembaki dalam hanggar...selanjutnya di Maguwo satu pesawat musuh bermesin dua ditembak jatuh sedangkan satu pesawat berbaling-baling empat dihancurkan di tanah."
Pemakaman Jenazah
Atas permintaan keluarga, Jenazah Adisutjipto dimakamkan di pemakaman umum Kuncen, Yogyakarta. Sementara Abdulrachman Saleh dimakamkan di pemakaman keluarga yang juga terletak di Kuncen.
Sedangkan, jenazah Adisumarmo dimakamkan di pemakaman Semaki, yang kemudian berubah namanya menjadi Taman Makan Pahlawan Kusuma Negara Semaki.
Iring-iringan pengantar jenazah demikian panjangnya, diawali dengan pasukan pejalan kaki AURI dan disusul dengan kereta jenzah. Para pelajar, pegawai, masyarakat dan masyarakat umum ikut berpartisipasi mengiringi kereta jenazah menuju pemakaman.
Proses oemakaman ketiga tokoh perintis AURI tersebut diawali dengan upacara militer. Tembakan salvo mengiringi masuknya peti jenazah ke liang lahat.
Gugurnya ketiga tokoh perintis tersebut justru memompa semangat anggota AURI lainnya untuk tetap gigih melawan Belanda.