Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Adisoemarmo, Perintis Sekolah Telegrafis yang Gugur Menembus Blokade Belanda

Kompas.com - 09/04/2018, 14:53 WIB
Dylan Aprialdo Rachman,
Bayu Galih

Tim Redaksi

Kompas TV Pada 9 April, TNI AU merayakan hari ulang tahun ke-72.

Pengabdiannya tak dapat dipisahkan dari radio PHB AURI (Perhubungan AURI), mengingat ia menjadi salah satu perintis dan pendiri sekolah radio telegrafis udara AU.

Dalam karier selanjutnya, ia pernah ditugaskan Kepala Satuan Angkatan Udara sebagai radio operator pesawat tipe Dakota VT-CLA yang akan dibeli AU.

Gugur di usia muda

Meski memiliki keahlian radio, bukan berarti Adisoemarmo tak ikut berjuang di udara. Dengan menggunakan pesawat Dakota VT-CLA, ia ikut terbang ke luar negeri dalam rangka penerbangan penyelundupan kurir dan pengangkutan dari dan ke Indonesia dengan menembus blokade Belanda.

Hal itu dilakukannya demi mendukung perjuangan Indonesia mempertahankan kemerdekaan.

(Baca juga: Kisah Karbol, Si Dosen Terbang, Profesor Kedokteran, hingga "Tukang" Radio)

Kariernya di AU begitu singkat. Pada umur 26 tahun, Adisoemarmo gugur bersama dengan dua tokoh TNI AU lainnya, yaitu Komodor Udara Adisutjipto dan Komodor Udara Prof Dr Abdurrachman Saleh yang menjalankan tugas kemanusiaan pada 29 juli 1947.

Pada waktu itu, dua pesawat tipe P-40 Kitty Hawk Belanda mengejar dan tanpa peringatan menembak pesawat Dakota VT-CLA dengan senapan mesin. Tembakan itu mengenai mesin sebelah kiri dan membuat daya pesawat menjadi menurun drastis hingga terjatuh.

Belanda telah menembak jatuh Dakota VT-CLA yang membawa obat-obatan untuk kepentingan perjuangan. Peristiwa ini membuat kebahagiaan dan kegembiraan para anggota AU, seketika berubah menjadi rasa duka yang mendalam.

Berdasarkan buku PHB AURI Jaringan Komunikasi Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia, Adisoemarmo telah dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kusuma Negara (Semaki) Yogyakarta. Makam itu terletak di sebelah timur makam Jenderal Sudirman pada deretan kedua dengan nomor registrasi B-172. 

TNI AU mengabadikan namanya menjadi nama pangkalan udara di Surakarta yang sebelumnya bernama Pangkalan Udara Panasan melalui Surat Keputusan KSAU nomor Skep/07/VII/1977 pada tanggal 25 Juli 1977.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang


Terkini Lainnya

Anies Respons Soal Ditawari Jadi Menteri di Kabinet Prabowo atau Tidak

Anies Respons Soal Ditawari Jadi Menteri di Kabinet Prabowo atau Tidak

Nasional
Ajukan Praperadilan Kasus TPPU, Panji Gumilang Minta Rekening dan Asetnya Dikembalikan

Ajukan Praperadilan Kasus TPPU, Panji Gumilang Minta Rekening dan Asetnya Dikembalikan

Nasional
KPU Bantah Tak Serius Ikuti Sidang Sengketa Pileg Usai Disentil Hakim MK: Agenda Kami Padat...

KPU Bantah Tak Serius Ikuti Sidang Sengketa Pileg Usai Disentil Hakim MK: Agenda Kami Padat...

Nasional
Sedih karena SYL Pakai Duit Kementan untuk Keperluan Keluarga, Surya Paloh: Saya Mampu Bayarin kalau Diminta

Sedih karena SYL Pakai Duit Kementan untuk Keperluan Keluarga, Surya Paloh: Saya Mampu Bayarin kalau Diminta

Nasional
Hari Tuna Sedunia, Kementerian KP Siap Dorong Kualitas, Jangkauan, dan Keberlanjutan Komoditas Tuna Indonesia

Hari Tuna Sedunia, Kementerian KP Siap Dorong Kualitas, Jangkauan, dan Keberlanjutan Komoditas Tuna Indonesia

Nasional
Sebut Suaranya Pindah ke PDI-P, PAN Minta Penghitungan Suara Ulang di Dapil Ogan Komering Ilir 6

Sebut Suaranya Pindah ke PDI-P, PAN Minta Penghitungan Suara Ulang di Dapil Ogan Komering Ilir 6

Nasional
Jokowi Teken UU Desa Terbaru, Kades Bisa Menjabat Hingga 16 Tahun

Jokowi Teken UU Desa Terbaru, Kades Bisa Menjabat Hingga 16 Tahun

Nasional
Soal Lebih Baik Nasdem Dalam Pemerintah atau Jadi Oposisi, Ini Jawaban Surya Paloh

Soal Lebih Baik Nasdem Dalam Pemerintah atau Jadi Oposisi, Ini Jawaban Surya Paloh

Nasional
Sentil Pihak yang Terlambat, MK: Kalau di Korea Utara, Ditembak Mati

Sentil Pihak yang Terlambat, MK: Kalau di Korea Utara, Ditembak Mati

Nasional
Giliran Ketua KPU Kena Tegur Hakim MK lantaran Izin Tinggalkan Sidang Sengketa Pileg

Giliran Ketua KPU Kena Tegur Hakim MK lantaran Izin Tinggalkan Sidang Sengketa Pileg

Nasional
Panji Gumilang Gugat Status Tersangka TPPU, Sebut Polisi Tak Penuhi 2 Alat Bukti

Panji Gumilang Gugat Status Tersangka TPPU, Sebut Polisi Tak Penuhi 2 Alat Bukti

Nasional
Sidang Administrasi Selesai, PTUN Minta PDI-P Perbaiki Gugatan terhadap KPU

Sidang Administrasi Selesai, PTUN Minta PDI-P Perbaiki Gugatan terhadap KPU

Nasional
Bamsoet Apresiasi Sikap Koalisi Perubahan Akui Kemenangan Prabowo-Gibran

Bamsoet Apresiasi Sikap Koalisi Perubahan Akui Kemenangan Prabowo-Gibran

Nasional
PDI-P Harap PTUN Tidak Biarkan Pelanggaran Hukum yang Diduga Dilakukan KPU

PDI-P Harap PTUN Tidak Biarkan Pelanggaran Hukum yang Diduga Dilakukan KPU

Nasional
KPK Sebut SPDP Kasus Korupsi di PDAM Boyolali Hoaks

KPK Sebut SPDP Kasus Korupsi di PDAM Boyolali Hoaks

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com