JAKARTA, KOMPAS.com - Akhir bulan Juli 1947 silam, Komodor Muda Udara Abdulrachman Saleh mendapatkan tugas dari pemerintah untuk pergi ke luar negeri mencari bantuan.
Sekembali dari tugas, di Yogyakarta pesawat yang ditumpanginya ditembak jatuh oleh pesawat Belanda. Abdulrachman dan penumpang lainnya pun gugur dalam tugasnya.
Kisah Abdulrachman tersebut dikutip dari buku "Peristiwa Heroik 29 Juli 1947" yang disusun Subdisjarah Dispenau, 2009.
Abdulrachman yang lahir di Jakarta, pada 1 Juli 1909 tersebut bergabung dengan Angkatan Udara Republik Indonesia (AURI) pada tahun 1945. Ia masuk Sekolah Penerbang Maguwo di pangkalan udara Maguwo, Yogyakarta.
(Baca juga: Marsekal Muda Agustinus Adisutjipto, Penerbang Langka Pemrakarsa Sekolah Penerbangan)
Abdulrachman banyak belajar mengemudikan pesawat Cureng dan Cukiu serta mempelajari jenis-jenis pesawat lain peninggalan Jepang.
"Tak jarang sebelum ia terbang memperbaiki dulu pesawatnya," tulis buku tersebut.
Selama menjadi bagian AURI, Abdulrachman pernah dipercaya sebagai Komandan Pangkalan Udara Maospati Madiun oleh pimpinan AURI pada tahun 1946.
Ia juga pernah didapuk sebagai Komandan Pangkalan Udara Bugis Malang, yang kini berubah nama menjadi Bandara Udara Abdulrachman Saleh sesuai dengan namanya.
"Selama empat bulan dalam pimpinan Abdulrachman Saleh, Pangkalan Udara Bugis mengalami banyak perkembangan," tulis buku tersebut.
Selain dikenal sebagai pakar penerbangan, "Karbol" julukan populer Abdulrachman selama kuliah juga merupakan dokter lulusan Geneeskundige Hooge School (GHS) atau sekolah tinggi kedokteran di Jakarta kala itu.
(Baca juga: PHB AURI, Tulang Punggung Komunikasi Pejuang Kemerdekaan RI)
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.