Festival puisi ini diikuti puluhan penyair dan menyedot perhatian massif publik. Respons yang berkelas atas konflik kemanusiaan, dengan jalan sastra, dengan hati nurani.
Memahami Yahudi
Isu Israel-Palestina tidak semata hanya konflik antar-negara. Di balik itu, menyembul berbagai kepentingan, silang sengkarut pemahaman, politik pengetahuan, dan beragam kebutuhan lintas negara yang demikian menggumpal. Saya teringat bagaimana Kiai Abdurrahman Wahid (Gus Dur) menganggap interaksi dengan Israel maupun komunitas Yahudi sebagai sebuah ‘seni’.
Ketika menjabat sebagai Presiden Republik Indonesia, Gus Dur mengungkapkan gagasan penting, tentang membangun poros perdagangan dengan Israel. Namun, banyak yang salah paham dengan kebijakan ini, menganggap Gus Dur telah menjalin kedekatan dengan ‘negeri Yahudi’.
Gus Dur melampaui itu, dengan melakukan manuver yang menusuk jantung permasalahan, berusaha memecahkan problem kemanusiaan tepat di titik tantangan terbesar. Dalam sebuah kesempatan diskusi, Zannuba Arifah Chafsoh atau Yenni Wahid, mengungkapkan argumentasi di balik kebijakan Gus Dur.
Menurut Gus Dur, kata Yenny, Israel merupakan negara yang menguasai ekonomi dunia. Namun, penguasaan Israel atas aset dan sistem ekonomi dunia dilakukan secara terselubung. Perusahaan-perusahaan Israel sering menggunakan bendera negara lain, agar terhindar dari pajak.
(Baca juga: Hubungan Indonesia-Israel, Polemik Menghangat di Awal Pemerintahan Gus Dur )
Pada titik ini, strategi Gus Dur perlu ditempatkan sebagai kecerdasan diplomatik dan kecanggihan politik.
“Supaya mereka (Israel) keluar, maka kita harus menariknya ke permukaan. Dengan adanya kerja sama maka para pengusaha Israel tidak lagi memakai tangan lain. Tapi sayang, karena kebijakan itu banyak yang menuduh ayah saya sebagai antek Yahudi. Banyak yang tidak tahu maksud dari kerja sama itu,” ungkap Yenni Wahid, dalam diskusi tersebut.
Bagi penulis, di tengah ketegangan Israel-Palestina dalam konflik kawasan, yang mengkhawatirkan adalah meluasnya anti-semitisme sebagai bentuk kegagapan memahami inti permasalahan.
Sering kali, luapan kebencian diarahkan kepada orang-orang Yahudi, yang tidak semuanya bertanggung jawab atas konflik. Bahwa, komunitas Yahudi sebenarnya tidak tunggal. Ada juga orang-orang Yahudi yang menginginkan perdamaian dengan warga Muslim, baik di Palestina maupun di kawasan Arab umumnya.
Menginiasi perdamaian di tengah konflik memang tidak mudah. Lebih sulit lagi, mempertahankan keadaan dalam kondisi damai, gemah ripah loh jinawi. Maka, sangat disayangkan bila ada pihak-pihak yang memprovokasi untuk menebar kebencian dan kekerasan di negeri ini. Saatnya kita menebar nilai-nilai Islam damai yang menyejukkan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.