Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bambang Asrini Widjanarko
Kurator seni

Kurator seni, esais isu-isu sosial budaya, aktivis, dan seorang guru. Kontak: asriniwidjanarko@gmail.com

G30S/PKI, Karya Seni Propaganda, dan Tantangan Para Milenial

Kompas.com - 29/09/2017, 22:58 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorAmir Sodikin

Film versi Orde Baru itu memang perlu diuji untuk mewujudkan klaim kebenaran yang disampaikan. Tidak pada masa lalu namun saat ini.

Bukankah, sebuah karya seni adalah hasil dari penafsiran pengalaman-pengalaman majemuk manusia di sebuah waktu, dan di sebuah peristiwa, yang bisa ditelaah kembali pada masa yang akan datang?

Sebuah konstruksi ide dari kenyataan yang bisa benar, bisa juga jauh dari benar nenurut versi lainnya. Tentu jika kita relasikan dengan fakta-fakta historis dan berbagai informasi serta pengetahuan-pengetahuan teranyar.

Dunia kita makin terbuka, makin mudah bagi generasi millenial untuk mengakses masa lampau dengan segala kompleksitas yang mewarnainya melalui e-book, informasi di situs tertentu, media sosial, sampai narasi-narasi baru yang mendalam berbentuk seni, yang beragam, seperti cerpen, puisi, film, seni pertunjukan dan juga digital art, sebagai ajang belajar, membandingkan dengan seni ala rezim Orde Baru tersebut.

Ada banyak sumber bisa kita temukan akurasi-akurasi kebenaran peristiwa tahun 65 yang secara ilmiah dapat dipertanggung jawabkan.

Sebagai salah satu contoh, lima skenario yang saling “berseteru untuk memanggungkan kebenaran“ yang menurut Mary Zurbuchen dengan paper-nya “History, Memory, and ‘The 1965 Incident’ in Indonesia”, di Asian Survey, tahun 2002.

Zurbuchen menyebutkan bahwa, pertama, peristiwa G 30 S adalah murni disutradarai PKI dan seluruh simpatisannya. Kedua, akibat pertarungan internal di tubuh militer. Ketiga, bisa jadi keterlibatan Soeharto mengambil keuntungan personal dari peristiwa “coup d'état”.

Selanjutnya, yang keempat, skenario adanya izin Soekarno pada sekelompok kecil perwira militer yang dikenal dengan “Dewan Jenderal’. Dan yang terakhir, skenario hadirnya operasi intelijen negara asing ingin menggulingkan Soekarno dan melenyapkan masa depan gerakan kiri di dunia ke-3.

Dari sana, sebuah intepretasi seni yang bagus dengan pendekatan instrumentalisme, bahwa seni tidak hanya menyangkut sebuah struktur intrinsik dalam film saja, seperti penokohan, plot, tema maupun segala hal teknis sinematografi yang melekat di dalamnya, namun mengikutkan elemen-elemen eksternal seperti kesahihan historis, kondisi politik kekuasaan pada waktu film dibuat, kondisi kultural sekarang, dll.


Film propaganda

Dengan menimbang lima skenario ala Zurbuchen jika dilekatkan pada pendekatan instrumentalisme, sangat jelas kita ketahui bahwa film Pengkhianatan G30S/PKI sebuah film propaganda.  

Film propaganda itu menghiperbolakan kekerasan simbolik. Sebagaimana yang dikatakan sosiolog Pierra Bourdieau, film propaganda adalah produk kebudayaan yang memiliki peran penting mengonstruksi kenyataan dari kekuasaan, yang dikatakan ampuh merasuk pikiran manusia.

Yang tentunya, film itu menjadi kehilangan keindahan makna reflektifnya yang obyektif, dan menisbikan narasi berbeda yang bisa jadi sama-sama dekat dengan kebenaran sejarah.

Generasi milenial tentunya sangat berhak untuk menafsirkan, memelajari ulang, menyusuri kejanggalan-kejanggalan film tersebut sembari membangun sebuah fiksi baru yang mungkin saja bisa menjadi anagram peristiwa-peristiwa yang terjadi pada september 1965.

Dengan memilih data yang berlimpah dengan merujuk historisitas anyar, di luar apakah ada faham komunisme di sana atau tidak.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pengamat: Prabowo-Gibran Butuh Minimal 60 Persen Kekuatan Parlemen agar Pemerintah Stabil

Pengamat: Prabowo-Gibran Butuh Minimal 60 Persen Kekuatan Parlemen agar Pemerintah Stabil

Nasional
Timnas Kalahkan Korea Selatan, Jokowi: Pertama Kalinya Indonesia Berhasil, Sangat Bersejarah

Timnas Kalahkan Korea Selatan, Jokowi: Pertama Kalinya Indonesia Berhasil, Sangat Bersejarah

Nasional
Jokowi Minta Menlu Retno Siapkan Negosiasi Soal Pangan dengan Vietnam

Jokowi Minta Menlu Retno Siapkan Negosiasi Soal Pangan dengan Vietnam

Nasional
Ibarat Air dan Minyak, PDI-P dan PKS Dinilai Sulit untuk Solid jika Jadi Oposisi Prabowo

Ibarat Air dan Minyak, PDI-P dan PKS Dinilai Sulit untuk Solid jika Jadi Oposisi Prabowo

Nasional
Jokowi Doakan Timnas U23 Bisa Lolos ke Olimpiade Paris 2024

Jokowi Doakan Timnas U23 Bisa Lolos ke Olimpiade Paris 2024

Nasional
Menlu Retno Laporkan Hasil Kunjungan ke Vietnam ke Jokowi

Menlu Retno Laporkan Hasil Kunjungan ke Vietnam ke Jokowi

Nasional
Gugatan di PTUN Jalan Terus, PDI-P Bantah Belum 'Move On'

Gugatan di PTUN Jalan Terus, PDI-P Bantah Belum "Move On"

Nasional
Menlu Singapura Temui Jokowi, Bahas Kunjungan PM untuk Leader's Retreat

Menlu Singapura Temui Jokowi, Bahas Kunjungan PM untuk Leader's Retreat

Nasional
Hasto Sebut Ganjar dan Mahfud Akan Dapat Tugas Baru dari Megawati

Hasto Sebut Ganjar dan Mahfud Akan Dapat Tugas Baru dari Megawati

Nasional
Kejagung Sita 2 Ferrari dan 1 Mercedes-Benz dari Harvey Moies

Kejagung Sita 2 Ferrari dan 1 Mercedes-Benz dari Harvey Moies

Nasional
Gerindra Dukung Waketum Nasdem Ahmad Ali Maju ke Pilkada Sulteng

Gerindra Dukung Waketum Nasdem Ahmad Ali Maju ke Pilkada Sulteng

Nasional
Tepati Janji, Jokowi Kirim Mobil Listrik ke SMK 1 Rangas Sulbar

Tepati Janji, Jokowi Kirim Mobil Listrik ke SMK 1 Rangas Sulbar

Nasional
Konsumsi Avtur Naik 10 Persen Selama Ramadhan dan Idul Fitri 2024

Konsumsi Avtur Naik 10 Persen Selama Ramadhan dan Idul Fitri 2024

Nasional
Kekuatan Koalisi Vs Oposisi jika PDI-P dan PKS Tak Merapat ke Prabowo-Gibran

Kekuatan Koalisi Vs Oposisi jika PDI-P dan PKS Tak Merapat ke Prabowo-Gibran

Nasional
Soal Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra Sebut Sudah Komunikasi dengan Puan

Soal Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra Sebut Sudah Komunikasi dengan Puan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com