Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kantongi 9,04 persen, PKB Ingin Kader sebagai Capres atau Cawapres 2019

Kompas.com - 28/07/2017, 09:42 WIB
Nabilla Tashandra

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) mempertimbangkan untuk mengajukan calon dari partainya sendiri untuk Pemilu Presiden 2019. Sekretaris Jenderal PKB, Abdul Kadir Karding tak menampik jika ada dorongan yang besar dari kader dan simpatisan partai agar PKB mencalonkan kadernya sendiri pada 2019.

"Ada (dorongan). Tetapi belum kami putuskan," ucap Karding di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (27/7/2017).

Anggota Komisi III DPR itu menegaskan, hingga saat ini PKB belum menyatakan akan mencalonkan siapapun untuk Pilpres 2019. Termasuk nama Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar.

Diwawancarai terpisah, Ketua DPP PKB sekaligus Ketua Pansus RUU Pemilu, Lukman Edy menuturkan, saat ini semua partai sebetulnya sudah menyiapkan diri untuk ambang batas presiden (presidential threshold) 0 persen. Adapun dalam UU Pemilu, presidential threshold yang diketok adalah 20-25 persen.

(Baca: PKB: 'Presidential Threshold' Bukan untuk Hasilkan Capres Tunggal)

Namun, ketentuan tersebut digugat ke Mahkamah Konsititusi sehingga masih berpotensi dibatalkan. Meski sudah siap dengan 0 persen, semua parpol juga dinilainya sudah mulai bisa menghitung koalisinya jika agar mencapai syarat 20-25 persen.

"Begitu UU ini ditetapkan maka dinamika politik lintas partai akan semakin dinamis. Karena gambarannya sudah semakin jelas siapa koalisi dengan siapa untuk mencapai 20 persen," ujar Lukman.

Pada Pileg 2014, PKB mengantongi 9,04 suara. Berarti, kata dia, PKB setidaknya memiliki sumbangsih hampir 50 persen dari persyaratan minimum pencalonan presiden.

Ia menuturkan, ada kehendak dari kader-kader PKB agar pada pemilu 2019 nanti partai tersebut berperan aktif. Hal ini karena pilpres dapat memberikan dampak besar bagi sebuah partai terlebih jika partai itu mengusulkan calon presiden atau calon wakil presiden dari kadernya.

(Baca: Prabowo: "Presidential Threshold" Lelucon Politik yang Menipu Rakyat)

"Apakah terlibat aktif ini sebagai capres atau terlibat aktif sebagai perahu utama yang mengusulkan capres itu," ujar Wakil Ketua Komisi II DPR itu.

"Karena kami sangat menyadari implikasi dari pemilu serentak itu bisa negative coattail-effect atau bisa positive coattail-effect," kata dia.

Adapun efek negatifnya adalah sebuah partai akan tergerus oleh partai-partai lain yang aktif jika sebuah partai tak terlibat aktif dalam pilpres.

"Kalau positive coattail-effect itu karena kami terlibat aktif dalam pilpres ini maka kami bisa mendapatkan hasil yang berlipat," tutur Lukman.

Kompas TV Ajakan boikot pilpres 2019 oleh Wakil Ketua Umum DPP Partai Gerindra, Arief Poyuono jika gagal menggugat ke Mahkamah Konstitusi menuai kritikan masyarakat.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

[POPULER NASIONAL] PKS Sebut Surya Paloh Main Cantik di Politik | Ganjar-Mahfud Dapat Tugas Baru dari Megawati

[POPULER NASIONAL] PKS Sebut Surya Paloh Main Cantik di Politik | Ganjar-Mahfud Dapat Tugas Baru dari Megawati

Nasional
Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

Nasional
Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

Nasional
Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

Nasional
Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

Nasional
Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

Nasional
Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

Nasional
Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

Nasional
Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

Nasional
Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

Nasional
PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

Nasional
Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan 'Nasib' Cak Imin ke Depan

Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan "Nasib" Cak Imin ke Depan

Nasional
Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

Nasional
Megawati Tekankan Syarat Kader PDI-P Maju Pilkada, Harus Disiplin, Jujur, dan Turun ke Rakyat

Megawati Tekankan Syarat Kader PDI-P Maju Pilkada, Harus Disiplin, Jujur, dan Turun ke Rakyat

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com