Tahukah Anda bahwa jumlah bersin bisa menggambarkan keberuntungan? Boleh percaya, boleh tidak, menurut pakar fisiognomi India, bersin dipandang merupakan salah satu cara menilai kepribadian dan keberuntungan seseorang.
Artikel tersebut menjadi salah satu artikel pilihan di Kompasiana pada hari ini, Senin (29/5/2017).
Selain itu, ada juga artikel tentang shalawat tarawih unik di Kota Malang dan ulasan tentang kamar indekos di Korea Selatan.
Berikut ini adalah artikel pilihan Kompasiana selengkapnya.
1. Bersin gambaran keberuntungan
Bersin seringkali dikaitkan dengan penyakit influenza. Bersin bisa terjadi saat Anda merasa kedinginan atau terkena debu.
Ada mitos bahwa kita bisa mengukur keberuntungan melalui jumlah bersin dan kapan kita bersin.
Ini dikemukakan oleh salah satu pakar fisiognomi di India. Menurutnya, jumlah bersin bisa menggambarkan kepribadian seseorang.
Konon jika pria bersin satu kali dan tidak ada suara selain bersin, pria itu akan menjadi kaya. Adapun jika dua kali atau tiga kali dengan resonansi yang dalam menandakan umur panjang.
Ada juga pembagian waktu bersin berdasarkan maknanya. Misalnya, jika bersin di antara pukul 00.00 sampai 01.00, seseorang yang telah berumah tangga bisa menghindari perselisihan yang akan terjadi.
Beberapa makna bersin lainnya bisa Anda baca melalui tautan "Mau Tahu Keberuntungan dan Kesuksesan, Hitunglah Bersin Anda: Satu, Dua atau Tiga Kali".
2. Shalat tarawih dengan dua imam
Shalat tarawih umumnya dilakukan dengan satu orang imam. Namun, di daerah Perumahan Pondok Alam Sigura-gura Malang, Jawa Timur, shalat tarawih dilakukan dengan dua imam secara bergantian.
Berdasarkan penelusuran penulis artikel ini, hal itu terjadi karena ada dua kelompok jemaah berbeda yang menghendaki shalat tarawih dengan jumlah rakaat yang berbeda.
Kelompok pertama menghendaki shalat tarawih dengan jumlah 8 rakaat ditambah dengan 3 witir. Adapun kelompok jemaah kedua menghendaki 20 rakaat ditambah 3 witir.
Proses pergantian imamnya cukup unik, imam kelompok pertama memimpin terlebih dahulu. Setelah 8 rakaat tuntas ia mundur beserta kelompok pertama. Selanjutnya imam kelompok kedua maju.
Ulasan selengkapnya bisa Anda baca melalui tautan "Shalat Tarawih Satu Masjid Dua Imam".
3. Begini penampakan indekos di Korea
Indekos adalah pilihan utama bagi para pelajar dan mahasiswa yang hidup di tanah rantau agar bisa menempuh pendidikan di kota lain. Atau jadi pilihan juga untuk para pekerja yang lokasi kerjanya cukup jauh dari rumah.
Setiap negara pun memiliki perbedaan karakter pada indekosnya. Contohnya di Korea Selatan.
Penulis artikel ini mengulas seluk-beluk kamar kos di Negeri Ginseng ini dan membandingkannya dengan di Indonesia.
Di Korea, indekos disebut goshiwon. Seperti di Indonesia, ada beberapa kelas indekos berdasarkan harga. Di sana, standar harga goshiwon tidak begitu mahal.
Istimewanya, para pemilik kos ini biasanya menyediakan makanan pada pagi dan sore hari. Biaya sewa di sana bisa mencapai 160 won hingga 700 won atau setara Rp 2 juta sampai Rp 8 juta sebulan.
Selengkapnya bisa dibaca di artikel "Beginilah Rupa Kost-kostan di Korea".
4. Apakah Anda termasuk "tech junkies"?
Jika kita mendengar kata "ketagihan" atau "kecanduan", tentunya pikiran kita otomatis akan mengasosiasikannya dengan rokok atau narkoba. Namun, kini bentuk kencanduan lain yang tengah melanda dunia dan bahkan diri kita sendiri adalah kecanduan teknologi yang dikenal sebagai tech junkies.
Data yang dikemukakan oleh lembaga survei asal Australia memperlihatkan bahwa rata-rata pria akan mengeek dan membuka ponselnya sebanyak 46 kali setiap hari dan wanita 42 kali.
Tren ini sangat sulit dihindari bahkan menjurus ke arah kecanduan dan diperkirakan sudah lebih dari 50 persen populasi penduduk dunia telah kecanduan.
Apa kita salah satunya? Anda bisa mengeceknya melalui artikel "Apakah Anda Termasuk Kategori 'Tech Junkies'?".
5. Cek rasio utang sebelum berutang
Kredit atau utang bisa dikatakan sebagai salah satu strategi manajemen keuangan. Keterbatasan kemampuan bayar dapat diatasi dengan cara berutang demi kebutuhan sehari-hari yang berbiaya tinggi.
Sebelum berutang, kita perlu melakukan perhitungan pada rasio utang terhadap pendapatan yang kita terima setiap bulannya.
Rasio utang idealnya maksimal 30 persen, beberapa referensi bisa sampai maksimal 40 persen jika pinjaman termasuk properti seperti misalnya KPR, sehingga sisa pendapatan yang berada pada kisaran 60 persen hingga 70 persen dialokasikan untuk pengeluaran yang lain seperti menabung/investasi, dll.
Jadi jika rasio utang kita sudah berada di atas 30 persen hingga 40 persen sebaiknya mempertimbangkan kembali rencana menambah utang baru. Ada pula kiat-kiat menurunkan rasio utang bisa Anda baca melalui artikel "Cek Rasio Utang Sebelum Berutang".
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.