Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Partai Demokrat dan Wacana Konvensi Capres dalam RUU Pemilu

Kompas.com - 17/01/2017, 07:35 WIB
Nabilla Tashandra

Penulis

"Makanya tahun kemarin ada Ketua DPR (Marzuki Alie), Ketua DPD Pak Irman Gusman ikut, Pak Anies (Baswedan) pun ikut. Jadi kami terbuka, setiap konvensi terbuka," kata dia.

(Baca juga: "Presidential Threshold" dan Asa Partai Baru Jelang Pemilu 2019)

Ketua Pansus RUU Pemilu, Lukman Edy, menganggap usulan konvensi cukup menarik. Ketika nanti disepakati presidential threshold 0 persen, maka harus diikuti dengan pengaturan soal rekrutmen capres.

Hal itu, kata dia, tak bisa dibebaskan begitu saja kepada partai politik dengan mekanismenya masing-masing.

"Selama ini kan soal rekrutmen capres, calon DPR (caleg), kepala daerah, tidak ada ketentuan dalam undang-undang, sehingga perlakuannya berbeda-beda," ucap Lukman.

"Ada konvensi, rapat pleno, tertutup. Kan enggak seragam, tergantung konstitusi parpol masing-masing. Kalau Undang-Undang mengatur, itu mau tidak mau parpol harus ikut," tuturnya.

Ia menyebutkan, yang terpenting ada dua hal yang harus dikedepankan, yaitu membuka ruang publik yang sebesar-besarnya untuk berpartisipasi dan juga memberikan penilaian kepada calon-calon yang ada.

"Kalau kemudian ada normanya, itu bagus," ucap politisi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) itu.

Sementara itu, Wakil Ketua Pansus RUU Pemilu dari Fraksi Partai Gerindra, Ahmad Riza Patria, menilai pola rekrutmen capres dari masing-masing partai tak perlu diatur lebih jauh dalam undang-undang.

Menurut dia, parpol tidak bisa diatur terlalu jauh oleh undang-undang. Sebab, undang-undang merupakan regulasi yang bersifat umum dan dibuat agar bisa membantu proses sinergi dan optimalisasi sebuah parpol.

Ia meyakini setiap partai akan menyiapkan calon-calon terbaiknya untuk diusung pada pilpres.

"Rekrutmen kan beda-beda. Tapi secara umum hampir sama, lah. Semua ingin menyiapkan kader-kader terbaiknya. Tidak hanya (untuk) calon tapi (untuk) menang," kata Riza.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

UKT Meroket padahal APBN Pendidikan Rp 665 T, Anggota Komisi X DPR: Agak Aneh...

UKT Meroket padahal APBN Pendidikan Rp 665 T, Anggota Komisi X DPR: Agak Aneh...

Nasional
Dewas KPK Akan Bacakan Putusan Sidang Etik Nurul Ghufron Pekan Depan

Dewas KPK Akan Bacakan Putusan Sidang Etik Nurul Ghufron Pekan Depan

Nasional
Revisi UU Kementerian Negara, Pakar: Tidak Salah kalau Menduga Terkait Bagi-bagi Jabatan, jika...

Revisi UU Kementerian Negara, Pakar: Tidak Salah kalau Menduga Terkait Bagi-bagi Jabatan, jika...

Nasional
Pembangunan Tol MBZ yang Dikorupsi Menyimpan Persoalan, Beton di Bawah Standar, dan Lelang Sudah Diatur

Pembangunan Tol MBZ yang Dikorupsi Menyimpan Persoalan, Beton di Bawah Standar, dan Lelang Sudah Diatur

Nasional
Kasus 'Ilegal Fishing' 91.246 Ekor Benih Lobster di Jabar Rugikan Negara Rp 19,2 M

Kasus "Ilegal Fishing" 91.246 Ekor Benih Lobster di Jabar Rugikan Negara Rp 19,2 M

Nasional
Menlu Retno: Ada Upaya Sistematis untuk Terus Hambat Bantuan Kemanusiaan ke Gaza

Menlu Retno: Ada Upaya Sistematis untuk Terus Hambat Bantuan Kemanusiaan ke Gaza

Nasional
Pemprov Sumbar Diminta Bangun Sistem Peringatan Dini Banjir Bandang di Permukiman Sekitar Gunung Marapi

Pemprov Sumbar Diminta Bangun Sistem Peringatan Dini Banjir Bandang di Permukiman Sekitar Gunung Marapi

Nasional
Jokowi Ajak Gubernur Jenderal Australia Kunjungi Kebun Raya Bogor

Jokowi Ajak Gubernur Jenderal Australia Kunjungi Kebun Raya Bogor

Nasional
BNPB: 20 Korban Hilang akibat Banjir Lahar di Sumbar Masih dalam Pencarian

BNPB: 20 Korban Hilang akibat Banjir Lahar di Sumbar Masih dalam Pencarian

Nasional
Jokowi Ajak Gubernur Jenderal Australia Tanam Pohon di Bogor

Jokowi Ajak Gubernur Jenderal Australia Tanam Pohon di Bogor

Nasional
Pernyataan Kemendikbud soal Pendidikan Tinggi Sifatnya Tersier Dinilai Tak Jawab Persoalan UKT Mahal

Pernyataan Kemendikbud soal Pendidikan Tinggi Sifatnya Tersier Dinilai Tak Jawab Persoalan UKT Mahal

Nasional
PKS Usul Proporsional Tertutup Dipertimbangkan Diterapkan Lagi dalam Pemilu

PKS Usul Proporsional Tertutup Dipertimbangkan Diterapkan Lagi dalam Pemilu

Nasional
Jokowi Terima Kunjungan Kenegaraan Gubernur Jenderal Australia David Hurley

Jokowi Terima Kunjungan Kenegaraan Gubernur Jenderal Australia David Hurley

Nasional
Polri Tangkap 3 Tersangka 'Ilegal Fishing' Penyelundupan 91.246 Benih Bening Lobster

Polri Tangkap 3 Tersangka "Ilegal Fishing" Penyelundupan 91.246 Benih Bening Lobster

Nasional
PDI-P Anggap Pernyataan KPU soal Caleg Terpilih Maju Pilkada Harus Mundur Membingungkan

PDI-P Anggap Pernyataan KPU soal Caleg Terpilih Maju Pilkada Harus Mundur Membingungkan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com