Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kaleidoskop 2016: Teroris Masih Mengancam, dari Sarinah hingga Istana

Kompas.com - 26/12/2016, 11:38 WIB
Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Sejumlah peristiwa teror dan aksi penangkapan terduga terorisme mewarnai sepanjang 2016. Bahkan, pada awal 2016 Indonesia sudah digemparkan dengan aksi teror bom di kawasan MH Thamrin, Jakarta Pusat, yang juga dikenal dengan "Bom Thamrin".

Peristiwa itu terjadi pada 14 Januari 2016 siang, di saat aktivitas pusat Ibu Kota itu tengah ramai-ramainya.

Teror di sekitar pusat perbelanjaan Sarinah itu diawali dengan dua ledakan pada waktu yang hampir bersamaan, yakni di dalam gerai Starbucks dan pos polisi di depan Gedung Sarinah.

Dua orang tak dikenal memakai kaus, topi hitam, dan mengenakan ransel muncul di jalanan tersebut sambil membawa senjata. Kemudian, terjadi tembak-menembak antara pelaku dan petugas selama 11 menit dan disertai empat ledakan susulan.

Terjadi dua ledakan susulan pada detik-detik terakhir. Seorang pelaku berupaya kembali melemparkan bom ke arah polisi, tetapi gagal karena lebih dulu terkena tembakan dari polisi.

Seorang pelaku lainnya juga berupaya melakukan hal yang sama, tetapi lebih dulu terkena tembakan polisi. Dengan begitu, kedua bom tersebut meledak di tangan kedua pelaku.

Kejadian ini membuat korban berjatuhan, tak hanya sipil, tapi juga petugas polisi yang berada di sekitar lokasi.

Peristiwa di atas baru pembuka rangkaian geliat teroris sepanjang 2016. Berikut peristiwa lain terkait aksi teroris yang dirangkum Kompas.com.

1. Rencana penyerangan pos polisi di Surabaya

Pada bom Sarinah, polisi menduga bahwa para pelaku sengaja mengincar pos polisi untuk diledakkan. Tujuan mereka bisa ditebak, yakni menghabisi pihak yang menggembosi aksi teror mereka.

Motif serupa dilakukan tiga teroris yang ditangkap di Surabaya pada Juni 2016, bertepatan dengan bulan Ramadhan.

Ketiga pelaku yang diamankan yaitu PHP, BRN, dan FN. Ketiganya berencana menyerang tempat umum dan kantor petugas keamanan. Lokasi yang mereka incar antara lain Polres Tanjung Perak, pos polisi di Jalan Darmo, pos polisi di Jalan Basuki Rahmat, dan pos polisi di Taman Bungkul.

"Ada indikasi mencoba mengganggu petugas keamanan yang sedang bertugas di hari raya. Rencana mereka akan melakukan aksi di bulan suci ramadhan," ujar Kepala Divisi Humas Polri Irjen Pol Boy Rafli Amar.

(Baca: Ini Lokasi Incaran Kawanan Teroris di Surabaya untuk Meledakkan Bom)

Diperkirakan rencana penyerangan sudah dipersiapkan selama dua tahun sejak keduanya bebas dari kurungan penjara. Diketahui, PHP pernah dipenjara karena terlibat kasus narkoba. Sementara FN juga pernah ditahan karena kasus kriminal.

Mereka disinyalir belajar merakit bom selama dibina di lapas dari terpidana teroris Maulana Yusuf dan Shibgho.

Sementara satu tersangka lainnya, BRN, baru terlibat dalam dunia radikalisme setelah diajak PHP.

Ketiganya berpedoman pada ajaran Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) untuk merencanakan aksinya. Setelah diselidiki, BRN bekerja untuk Salim Mubarak At Tamimi alias Abu Jandal, petinggi ISIS asal Malang.

2. Kelompok MIT yang tak "mati" meski Santoso tewas

Kelompok Mujahiddin Indonesia Timur menjadi incaran kepolisian tiap tahun. Bahkan, nama operasi gabungan kepolisian dengan TNI sempat berkali-kali berganti nama.

Mulai dari Camar Maleo I yang beroperasi pada 26 Januari 2015 hingga 26 Maret 2015, dilanjutkan hingga Camar Maleo keempat. Pimpinan kelompok ini, Abu Wardah alias Santoso, masih aman bersembunyi di hutan Pegunungan Biru, Poso.

Halaman:
Baca tentang


Terkini Lainnya

Nasdem dan PKB Dukung Prabowo-Gibran, PAN Sebut Jatah Kursi Menteri Parpol Koalisi Tak Terganggu

Nasdem dan PKB Dukung Prabowo-Gibran, PAN Sebut Jatah Kursi Menteri Parpol Koalisi Tak Terganggu

Nasional
Bilang Jokowi Sangat Nyaman, PAN Janjikan Jabatan Berpengaruh

Bilang Jokowi Sangat Nyaman, PAN Janjikan Jabatan Berpengaruh

Nasional
KPU Godok Aturan Baru Calon Kepala Daerah Pakai Ijazah Luar Negeri

KPU Godok Aturan Baru Calon Kepala Daerah Pakai Ijazah Luar Negeri

Nasional
Status Perkawinan Prabowo-Titiek Tertulis 'Pernah', Apa Maknanya?

Status Perkawinan Prabowo-Titiek Tertulis "Pernah", Apa Maknanya?

Nasional
Wamenhan Terima Kunjungan Panglima AU Singapura, Bahas Area Latihan Militer

Wamenhan Terima Kunjungan Panglima AU Singapura, Bahas Area Latihan Militer

Nasional
Pengamat: Anies Ditinggal Semua Partai Pengusungnya, Terancam Tak Punya Jabatan Apa Pun

Pengamat: Anies Ditinggal Semua Partai Pengusungnya, Terancam Tak Punya Jabatan Apa Pun

Nasional
Pilkada 2024: Usia Calon Gubernur Minimum 30 Tahun, Bupati/Wali Kota 25 Tahun

Pilkada 2024: Usia Calon Gubernur Minimum 30 Tahun, Bupati/Wali Kota 25 Tahun

Nasional
Menlu Sebut Judi 'Online' Jadi Kejahatan Transnasional, Mengatasinya Perlu Kerja Sama Antarnegara

Menlu Sebut Judi "Online" Jadi Kejahatan Transnasional, Mengatasinya Perlu Kerja Sama Antarnegara

Nasional
PDI-P Percaya Diri Hadapi Pilkada 2024, Klaim Tak Terdampak Jokowi 'Effect'

PDI-P Percaya Diri Hadapi Pilkada 2024, Klaim Tak Terdampak Jokowi "Effect"

Nasional
Harap Kemelut Nurul Ghufron dan Dewas Segera Selesai, Nawawi: KPK Bisa Fokus pada Kerja Berkualitas

Harap Kemelut Nurul Ghufron dan Dewas Segera Selesai, Nawawi: KPK Bisa Fokus pada Kerja Berkualitas

Nasional
Hasto Ungkap Jokowi Susun Skenario 3 Periode sejak Menang Pilpres 2019

Hasto Ungkap Jokowi Susun Skenario 3 Periode sejak Menang Pilpres 2019

Nasional
Ikut Kabinet atau Oposisi?

Ikut Kabinet atau Oposisi?

Nasional
Gugat KPU ke PTUN, Tim Hukum PDI-P: Uji Kesalahan Prosedur Pemilu

Gugat KPU ke PTUN, Tim Hukum PDI-P: Uji Kesalahan Prosedur Pemilu

Nasional
Said Abdullah Paparkan 2 Agenda PDI-P untuk Tingkatkan Kualitas Demokrasi Elektoral

Said Abdullah Paparkan 2 Agenda PDI-P untuk Tingkatkan Kualitas Demokrasi Elektoral

Nasional
Halalbihalal dan Pembubaran Timnas Anies-Muhaimin Ditunda Pekan Depan

Halalbihalal dan Pembubaran Timnas Anies-Muhaimin Ditunda Pekan Depan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com