Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Akhir Petualangan Santoso di Hutan Belantara Poso

Kompas.com - 20/07/2016, 07:24 WIB
Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Selama 1,5 tahun diburu, pimpinan kelompok teroris di Poso, Santoso alias tewas dengan timah panas bersarang di tubuhnya dalam baku tembak di daerah Pesisir Utara Poso, Sulawesi Tengah.

Kontak senjata nan mencekam pada Senin (18/7/2016) petang, terjadi selama 30 menit.

Kapolri Jenderal (Pol) Tito Karnavian memastikan bahwa jenazah yang ditemukan di hutan belantara itu 100 persen adalah Santoso. Dia tewas bersama Muchtar, anak buahnya. 

(Baca: Kapolri: 100 Persen, Itu Santoso)

Tim Disaster Victim Identification (DVI) Polri menyebutkan, sejumlah ciri fisik pada jenazah itu identik dengan Santoso. Salah satunya yakni tanda tahi lalat di dahinya.

Tanda tahi lalat pada jenazah itu berukuran 0,7 sentimeter, persis seperti ukuran tahi lalat milik Santoso. Selain itu, ada pula bekas luka tembak di bagian paha yang bersarang pada 2007 lalu.

Sidik jari jenazah tersebut pun identik dengan milik Santoso.

"Informasi yang saya dapat, sidik jarinya identik dengan sidik jari dia (Santoso) yang kami punya. Sudah bisa kami simpulkan 100 persen yang bersangkutan Santoso," ujar Tito, di Kantor Presiden, Jakarta, Selasa (19/7/2016).

(Baca: Untuk Proses Identifikasi, Polisi Akan Ambil Sampel DNA Anak Santoso)

Namun, masih ada satu tes yang belum dijalani, yakni tes DNA. Polisi akan mengambil sampel DNA itu dari anak Santoso.

Penguasa Gunung Biru

Selama persembunyiannya, Santoso diketahui menguasai kawasan Gunung Biru di Kecamatan Tangkura, Kabupaten Poso.

Pegunungan tersebut merupakan hamparan hutan belantara yang luas dan berbukit-bukit. Medan yang dilalui untuk bisa masuk ke sana saja sulit.

Di sana pula Santoso melatih kemampuan menembak para anggotanya. Menurut Tito, mencari Santoso ibarat mencari jarum di tumpukan jerami.

Wajar saja Satuan Tugas Tinombala yang terdiri dari gabungan personil Polri dan TNI membutuhkan waktu cukup lama untuk memburu kelompok ini.

Halaman:


Terkini Lainnya

Usul Prabowo Tambah Kementerian Diharap Bukan Politik Akomodatif

Usul Prabowo Tambah Kementerian Diharap Bukan Politik Akomodatif

Nasional
Pakar Ungkap 'Gerilya' Wacana Tambah Kementerian Cukup Gencar

Pakar Ungkap "Gerilya" Wacana Tambah Kementerian Cukup Gencar

Nasional
Daftar Kepala BIN dari Masa ke Masa, Zulkifli Lubis hingga Budi Gunawan

Daftar Kepala BIN dari Masa ke Masa, Zulkifli Lubis hingga Budi Gunawan

Nasional
Gelar Halalbihalal, MUI Gaungkan Pesan Kemanusiaan untuk Korban Genosida di Gaza

Gelar Halalbihalal, MUI Gaungkan Pesan Kemanusiaan untuk Korban Genosida di Gaza

Nasional
Perjalanan BIN 6 Kali Berganti Nama, dari Brani hingga Bakin

Perjalanan BIN 6 Kali Berganti Nama, dari Brani hingga Bakin

Nasional
'Prabowo Banyak Dikritik jika Tambah Kementerian, Baiknya Jaga Kebatinan Rakyat yang Sedang Sulit'

"Prabowo Banyak Dikritik jika Tambah Kementerian, Baiknya Jaga Kebatinan Rakyat yang Sedang Sulit"

Nasional
Pengamat Nilai Putusan MK Terkait Sengketa Pilpres Jadi Motivasi Kandidat Pilkada Berbuat Curang

Pengamat Nilai Putusan MK Terkait Sengketa Pilpres Jadi Motivasi Kandidat Pilkada Berbuat Curang

Nasional
PPP Papua Tengah Klaim Pegang Bukti Kehilangan 190.000 Suara pada Pileg 2024

PPP Papua Tengah Klaim Pegang Bukti Kehilangan 190.000 Suara pada Pileg 2024

Nasional
Koarmada II Kerahkan 9 Kapal Perang untuk Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Termasuk KRI Alugoro

Koarmada II Kerahkan 9 Kapal Perang untuk Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Termasuk KRI Alugoro

Nasional
Kandidat Versus Kotak Kosong pada Pilkada 2024 Diperkirakan Bertambah

Kandidat Versus Kotak Kosong pada Pilkada 2024 Diperkirakan Bertambah

Nasional
Rencana Prabowo Bentuk 41 Kementerian Dinilai Pemborosan Uang Negara

Rencana Prabowo Bentuk 41 Kementerian Dinilai Pemborosan Uang Negara

Nasional
Di MIKTA Speakers’ Consultation Ke-10, Puan Suarakan Urgensi Gencatan Senjata di Gaza

Di MIKTA Speakers’ Consultation Ke-10, Puan Suarakan Urgensi Gencatan Senjata di Gaza

Nasional
KPK Sebut Kasus Gus Muhdlor Lambat Karena OTT Tidak Sempurna

KPK Sebut Kasus Gus Muhdlor Lambat Karena OTT Tidak Sempurna

Nasional
TNI AL Ketambahan 2 Kapal Patroli Cepat, KRI Butana-878 dan KRI Selar-879

TNI AL Ketambahan 2 Kapal Patroli Cepat, KRI Butana-878 dan KRI Selar-879

Nasional
Sejarah BIN yang Hari Ini Genap Berusia 78 Tahun

Sejarah BIN yang Hari Ini Genap Berusia 78 Tahun

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com