JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua DPR RI Ade Komarudin meminta pemerintah Indonesia meningkatkan koordinasi dengan berbagai pihak untuk membebaskan 10 warga negara Indonesia yang disandera kelompok bersenjata Abu Sayyaf di Filipina.
"Kemarin pendekatan kita sudah cukup persuasif, ternyata dikasih hati minta jantung. Sikat babat habis," kata Ade di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Rabu (13/7/2016).
Ia menganggap, kelompok Abu Sayyaf tak bisa dikatakan teroris melainkan bandit berkedok terorisme. Pasalnya, tindakan mereka tak terkait ideologi agama.
"Mungkin bekas didikan terorisme, tapi mereka tidak lagi melakukan tindakan yang basisnya ideologi, tapi soal merampok. Ya, harus disikat," ucap pria yang akrab disapa Akom itu.
Ade berencana meminta Komisi I DPR untuk lebih proaktif dalam membahas masalah perompakan ini dengan kementerian dan instansi terkait.
(baca: Cerita Mantan Negosiator Ketika Berhadapan Kelompok Abu Sayyaf)
"Kami nanti akan minta Komisi I untuk proaktif melakukan pembahasan terkait hal ini pada persidangan yang akan datang," ujar politisi Partai Golkar itu.
Menteri Koordinator bidang Politik, Hukum dan Keamanan Luhut Binsar Panjaitan sebelumnya mengatakan, saat ini pemerintah masih mengkaji opsi untuk membebaskan seluruh sandera.
(baca: Pemerintah RI Masih Mengesampingkan Operasi Militer Bebaskan Sandera di Filipina)
Luhut enggan mengungkapkan secara detail opsi apa saja yang akan diambil pemerintah karena bisa mengganggu operasi pembebasan sandera.
Namun, Luhut memastikan opsi untuk melakukan operasi militer di wilayah Filipina belum menjadi prioritas utama.
"Opsi untuk melakukan operasi militer masih kami kesampingkan karena itu menyangkut konstitusi negara lain yang harus kita hormati," kata Luhut usai melaporkan perkembangan pembebasan sandera kepada Presiden Joko Widodo, di Istana Negara, Jakarta, Selasa (12/7/2016).
Adapun Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo ingin melakukan operasi militer untuk membebaskan 10 ABK tersebut.
Meski demikian, hingga saat ini pemerintah Filipina belum memberikan izin kepada militer Indonesia untuk masuk dan membebaskan sandera.
TNI memilih menunggu Filipina memperbolehkan masuk. (baca: Anggap Abu Sayyaf Keterlaluan, Panglima Tegaskan TNI Siap Masuk Filipina)
"Apapun akan saya lakukan untuk pembebasan. Cara apapun juga. Sampai masuk ke sana pun saya akan lakukan. Karena ini sungguh keterlaluan," kata Panglima TNI.
Tiga WNI disandera kelompok Abu Sayyaf ketika melewati perairan kawasan Felda Sahabat, Tungku, Lahad Datu Sabah, Negara Bagian Malaysia. Mereka adalah ABK pukat tunda LD/114/5S milik Chia Tong Lim berbendera Malaysia.
Sebelum penyanderaan tiga WNI, tujuh anak buah kapal (ABK) WNI lebih dulu disandera kelompok Abu Sayyaf di perairan Sulu, Filipina Selatan.
Penyanderaan itu terjadi pada Senin (20/6/2016). Selain membajak kapal, penyandera meminta tebusan sebesar Rp 60 miliar.
(Baca: Menhan Filipina Minta Ryamizard Tidur Enak Saja Menunggu Pembebasan 7 WNI)
Sebelumnya, 10 WNI ABK kapal tunda Brahma 12 disandera kelompok Abu Sayyaf dan dibebaskan pada awal Mei 2016.
Selain itu, empat ABK kapal tunda Henry juga disandera kelompok yang sama. Keempatnya dibebaskan pada pertengahan Mei 2016.