Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lagu "7 Kali sampai Mati", Propaganda untuk Lengserkan Soeharto

Kompas.com - 21/05/2016, 21:16 WIB
Lutfy Mairizal Putra

Penulis

Takut keluar

Tobasbercerita, pada mulanya mahasiswa UI tak melancarkan aksi turun ke jalan sebagai bentuk menyatakan pendapat. Kala itu, kekuatan militer siap “menyapu” gerakan mahasiswa.

“Waktu itu kami belum berani keluar. Begitu keluar kami dipukul. Awalnya main di kandang. Orang masih tak terpikir untuk turun ke jalan di awal Februari 1998. Karena risikonya sangat tinggi,” kata dia.

Ketika itu, aksi mahasiswa dapat langsung dipadamkan. Barisan pasukan antihuru-hara (PHH) siap menghadapi mahasiswa jika berani melancarkan aksinya ke jalan.

(baca: Cerita di Balik Berita Utama "Kompas" Presiden Soeharto Siap Mundur)

Tobas mengakui, gerakan di dalam kampus terkelompok di tiap-tiap fakultas. Hal itu terjadi karena adanya peraturan NKK/BKK (Normalisasi Kehidupan Kampus/Badan Koordinasi Kemahasiswaan).

“Karena ada warisan NKK/BKK sejak lama itu kan membuat konsentrasi aktivisme mahasiswa dan kegiatannya terfokus di dalam kampus dan fakultasnya masing-masing,” ucap Tobas.

Menteri Pendidikan dan kebudayaan Daoed Joesoef melegalkan NKK/BKK pada 1978. Daoed menganggap kehidupan mahasiswa harus dinormalkan kembali dari hiruk pikuk politik.

Tobas mengatakan, awal 1998 mahasiswa UI merasa perlu membuat gerakan bersama. Ia berharap mahasiswa dapat disatukan kembali. Lalu, aktivis tiap jurusan menjalin komunikasinya.

Namun, Tobas tidak mengetahui siapa penggerak awal yang menyatukan aktivis mahasiswa di tiap fakultas di UI. Ia merasa para aktivis memiliki kesadaran kolektif sehingga penyatuan mudah terjadi.

Sebagai koordinator aksi Fakultas Hukum, Tobas mengaku sempat terjekut dengan antusiasme yang ditunjukkan dengan penyatuan aktivis. Menurut Tobas, penyatuan ini mengandung risiko penghilangan aktivis secara paksa.

“Kami menyatukan diri setelah adanya kasus penghilangan paksa aktivis. Itulah yang menurut saya cukup mengagetkan. Berarti sudah ada tingkat kemuakan dengan kondisi rezim saat itu. kemuakan ini dirasakan sedemikian luasnya,” ucap Tobas.

Kesatuan Aksi Keluarga Besar UI (KBUI) pun terbentuk. Untuk mencegah penghilangan paksa kembali terjadi, aktivis UI bersepakat untuk tidak membuat satu tokoh yang menonjol. Mereka menutup rapat jalur komunikasi.

Akhirnya, pada 21 Mei 1998 atau tepat 18 tahun lalu, Soeharto mengumumkan berhenti sebagai Presiden.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Revisi UU Kementerian Disetujui, RUU Perampasan Aset Hilang

Revisi UU Kementerian Disetujui, RUU Perampasan Aset Hilang

Nasional
[POPULER NASIONAL] Babak Baru Kasus Vina Cirebon | 'Crazy Rich' di Antara 21 Tersangka Korupsi Timah

[POPULER NASIONAL] Babak Baru Kasus Vina Cirebon | "Crazy Rich" di Antara 21 Tersangka Korupsi Timah

Nasional
Tanggal 21 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 21 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Kemendikbud Sebut Kuliah Bersifat Tersier, Pimpinan Komisi X: Tidak Semestinya Disampaikan

Kemendikbud Sebut Kuliah Bersifat Tersier, Pimpinan Komisi X: Tidak Semestinya Disampaikan

Nasional
Wapres Minta Alumni Tebuireng Bangun Konsep Besar Pembangunan Umat

Wapres Minta Alumni Tebuireng Bangun Konsep Besar Pembangunan Umat

Nasional
Khofifah-Emil Dardak Mohon Doa Menang Pilkada Jatim 2024 Usai Didukung Demokrat-Golkar

Khofifah-Emil Dardak Mohon Doa Menang Pilkada Jatim 2024 Usai Didukung Demokrat-Golkar

Nasional
Pertamina Raih Penghargaan di InaBuyer 2024, Kado untuk Kebangkitan UMKM

Pertamina Raih Penghargaan di InaBuyer 2024, Kado untuk Kebangkitan UMKM

Nasional
Soal Isu Raffi Ahmad Maju Pilkada 2024, Airlangga: Bisa OTW ke Jateng dan Jakarta, Kan Dia MC

Soal Isu Raffi Ahmad Maju Pilkada 2024, Airlangga: Bisa OTW ke Jateng dan Jakarta, Kan Dia MC

Nasional
Cegah MERS-CoV Masuk Indonesia, Kemenkes Akan Pantau Kepulangan Jemaah Haji

Cegah MERS-CoV Masuk Indonesia, Kemenkes Akan Pantau Kepulangan Jemaah Haji

Nasional
Dari 372 Badan Publik, KIP Sebut Hanya 122 yang Informatif

Dari 372 Badan Publik, KIP Sebut Hanya 122 yang Informatif

Nasional
Jemaah Haji Indonesia Kembali Wafat di Madinah, Jumlah Meninggal Dunia Menjadi 4 Orang

Jemaah Haji Indonesia Kembali Wafat di Madinah, Jumlah Meninggal Dunia Menjadi 4 Orang

Nasional
Hari Keenam Penerbangan, 34.181 Jemaah Haji tiba di Madinah

Hari Keenam Penerbangan, 34.181 Jemaah Haji tiba di Madinah

Nasional
Jokowi Bahas Masalah Kenaikan UKT Bersama Menteri Pekan Depan

Jokowi Bahas Masalah Kenaikan UKT Bersama Menteri Pekan Depan

Nasional
KIP: Indeks Keterbukaan Informasi Publik Kita Sedang-sedang Saja

KIP: Indeks Keterbukaan Informasi Publik Kita Sedang-sedang Saja

Nasional
Digelar di Bali Selama 8 Hari, Ini Rangkaian Kegiatan World Water Forum 2024

Digelar di Bali Selama 8 Hari, Ini Rangkaian Kegiatan World Water Forum 2024

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com