Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pernyataan Menhan soal Kebangkitan PKI Dinilai Ancam Kebebasan Berpikir dan Berekspresi

Kompas.com - 16/05/2016, 09:04 WIB
Kristian Erdianto

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Ketua Setara Institute Hendardi menilai, Menteri Pertahanan RI Ryamizard Ryacudu merespons secara berlebihan terkait maraknya buku-buku sejarah atau pembahasan hasil investigasi yang berhubungan dengan peristiwa 1965.

Hendardi mengatakan, respons Ryamizard yang mengaitkan pembahasan tragedi 1965 dengan kebangkitan Partai Komunis Indonesia (PKI) bertentangan dengan nalar publik.

"Perintah Menhan kemungkinan keluar jalur dari apa yang diperintahkan oleh Presiden Joko Widodo beberapa waktu sebelumnya," ujar Hendardi melalui keterangan tertulisnya, Minggu (15/5/2016) malam.

Menurut Hendardi, sikap tersebut berpotensi mengancam kebebasan berpikir, kebebasan berekspresi, dan ilmu pengetahuan.

Penyisiran sejumlah toko buku juga merupakan tindakan dan reaksi berlebihan atas fenomena kebangkitan PKI.

Hendardi menjelaskan, sebagai sebuah perintah penegakan hukum, sesungguhnya perintah pelarangan itu bukan bagian dari kewenangan TNI, melainkan tugas Polri sebagai penegak hukum.

Perintah Jokowi untuk menegakkan hukum ditanggapi oleh TNI sebagai perintah represi yang sama sekali tidak mempertimbangkan penghargaan terhadap ilmu pengetahuan dan HAM.

Hendardi meminta Presiden Jokowi menegur Menteri Pertahanan karena dianggap menimbulkan kegaduhan.

"Kegaduhan di ruang publik, kecemasan masyarakat, dan mempermalukan Indonesia dengan penerapan politik represi dalam menangani persoalan bangsa," kata Hendardi.

Hendardi menambahkan bahwa kebangkitan PKI adalah mitos.

Terlebih lagi, hal itu sangat tidak masuk akal jika kegiatan berkebudayaan yang ditujukan untuk mengungkap kebenaran peristiwa melalui film, diskusi, dan kegiatan lainnya justru dianggap sebagai indikator kebangkitan PKI.

Semua kegiatan itu, kata Hendardi, ditujukan untuk meyakinkan negara mengambil sikap dan penyelesaian atas pelanggaran HAM berat pada masa lalu.

Pendasaran tindakan represi dengan menggunakan sejumlah UU juga dianggap bertentangan dengan semangat reformasi yang ditunjukkan melalui pembatalan PNPS Nomor 4 Tahun 1963 maupun putusan Mahkamah Konstitusi, yang pada intinya memberikan pengakuan hak yang setara bagi korban PKI, juga penghargaan kebebasan berpikir dan berekspresi.

Sebelumnya, Ryamizard menduga ada pihak yang sengaja menggulirkan kembali isu kebangkitan PKI. Pemerintah saat ini tengah mengusut pihak yang memulai pengguliran isu-isu kebangkitan PKI.

(Baca: Menhan: Atribut PKI Marak, Kami Akan Cari Siapa Biang Keroknya)

Ryamizard menduga, kebangkitan kembali isu PKI merupakan agenda besar dari antek-antek asing untuk menciptakan proxy war atau perang yang dilakukan tanpa mengerahkan kekuatan militer.

Karena itu, Ryamizard minta penyebaran atribut PKI harus segera ditertibkan. (Baca: Menhan: Penyebaran Atribut PKI Harus Ditertibkan)

Kompas TV Hati-Hati Pakai Atribut Palu Arit!
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Terkini Lainnya

Bamsoet Sebut Golkar Siapkan Karpet Merah jika Jokowi dan Gibran Ingin Gabung

Bamsoet Sebut Golkar Siapkan Karpet Merah jika Jokowi dan Gibran Ingin Gabung

Nasional
ICW Desak KPK Panggil Keluarga SYL, Usut Dugaan Terlibat Korupsi

ICW Desak KPK Panggil Keluarga SYL, Usut Dugaan Terlibat Korupsi

Nasional
Jokowi Masih Godok Susunan Anggota Pansel Capim KPK

Jokowi Masih Godok Susunan Anggota Pansel Capim KPK

Nasional
Bamsoet Ingin Bentuk Forum Pertemukan Prabowo dengan Presiden Sebelumnya

Bamsoet Ingin Bentuk Forum Pertemukan Prabowo dengan Presiden Sebelumnya

Nasional
Senyum Jokowi dan Puan saat Jumpa di 'Gala Dinner' KTT WWF

Senyum Jokowi dan Puan saat Jumpa di "Gala Dinner" KTT WWF

Nasional
ICW Minta MKD Tegur Hugua, Anggota DPR yang Minta 'Money Politics' Dilegalkan

ICW Minta MKD Tegur Hugua, Anggota DPR yang Minta "Money Politics" Dilegalkan

Nasional
Momen Jokowi Bertemu Puan sebelum 'Gala Dinner' WWF di Bali

Momen Jokowi Bertemu Puan sebelum "Gala Dinner" WWF di Bali

Nasional
Anak SYL Percantik Diri Diduga Pakai Uang Korupsi, Formappi: Wajah Buruk DPR

Anak SYL Percantik Diri Diduga Pakai Uang Korupsi, Formappi: Wajah Buruk DPR

Nasional
Vibes Sehat, Perwira Pertamina Healing dengan Berolahraga Lari

Vibes Sehat, Perwira Pertamina Healing dengan Berolahraga Lari

Nasional
Nyalakan Semangat Wirausaha Purna PMI, Bank Mandiri Gelar Workshop “Bapak Asuh: Grow Your Business Now!”

Nyalakan Semangat Wirausaha Purna PMI, Bank Mandiri Gelar Workshop “Bapak Asuh: Grow Your Business Now!”

Nasional
Data ICW: Hanya 6 dari 791 Kasus Korupsi pada 2023 yang Diusut Pencucian Uangnya

Data ICW: Hanya 6 dari 791 Kasus Korupsi pada 2023 yang Diusut Pencucian Uangnya

Nasional
UKT Meroket, Anies Sebut Keluarga Kelas Menengah Paling Kesulitan

UKT Meroket, Anies Sebut Keluarga Kelas Menengah Paling Kesulitan

Nasional
Anies Ungkap Kekhawatirannya Mau Maju Pilkada: Pilpres Kemarin Baik-baik Nggak?

Anies Ungkap Kekhawatirannya Mau Maju Pilkada: Pilpres Kemarin Baik-baik Nggak?

Nasional
MKD DPR Diminta Panggil Putri SYL yang Diduga Terima Aliran Dana

MKD DPR Diminta Panggil Putri SYL yang Diduga Terima Aliran Dana

Nasional
Kemenag: Jemaah Umrah Harus Tinggalkan Saudi Sebelum 6 Juni 2024

Kemenag: Jemaah Umrah Harus Tinggalkan Saudi Sebelum 6 Juni 2024

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com