JAKARTA, KOMPAS.com - Presiden Joko Widodo diminta menggunakan tiga indikator untuk melakukan perombakan atau reshuffle kabinet. Dengan tiga indikator ini, Jokowi diyakini bisa melakukan reshuffle dengan tepat.
Peneliti Senior Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Syamsuddin Haris mengatakan, indikator pertama bagi Jokowi untuk menilai menterinya adalah kinerja. Presiden tidak perlu ragu mengganti menteri yang kinerjanya tidak sesuai harapan.
"Kalau kinerjanya tidak bagus, copot," kata Syamsuddin dalam diskusi Smart FM di Jakarta, Sabtu (2/4/2016).
Indikator kedua, lanjut Haris, adalah kerjasama dan loyalitas. Presiden layak mempertahankan menteri yang loyal dan mau diajak bekerjasama.
Sebaliknya, Presiden sebaiknya mencopot menteri yang tidak patuh dengan instruksinya. "Kalau tidak bisa diajak kerja sama nanti justru bikin gaduh," ujarnya.
Indikator ketiga yang harus digunakan Presiden adalah masalah integritas. Jika ada Menteri yang menyalahgunakan kekuasaannya untuk keuntungan pribadi, maka Presiden layak menggantinya.
"Terkait siapa orangnya yang akan direshuffle kita serahkan sepenuhnya kepada Presiden," ucap Syamsuddin.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.