Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ajaran NII: Menghapus Dosa dengan Uang

Kompas.com - 27/04/2011, 11:52 WIB

Berusaha lepas dari bujukan Rudi, Andi berkilah bahwa ia merasa tidak yakin dengan ajaran NII. Menanggapinya, lagi-lagi Rudi mengerahkan kemampuan komunikasinya untuk meyakinkan Andi. "Kalau masalah enggak yakin, kamu lihat saja dulu, masalah yakin enggak yakin belakangan," kata Andi menirukan Rudi.

Pascabaiat, Andi pulang ke rumah. Ia menuturkan, karena merasa ragu dengan ajaran NII, Andi kemudian membaca-baca Al Quran lengkap dengan terjemahan yang ada di rumahnya. Dari situlah Andi sadar bahwa ayat-ayat Al Quran yang disampaikan anggota NII kepadanya telah ditafsirkan secara berbeda.

"Saya baca ayatnya, ternyata penafsirannya beda, pintar banget dia (orang NII), pakai ayat Al Quran," ungkapnya.

Selanjutnya, Andi semakin yakin untuk meninggalkan NII ketika mendengar nasihat temannya. "Kata teman saya, cara orang menyembah Tuhan berbeda-beda. Enggak perlu sampai pindah negara segala," tuturnya.

Apalagi, setelah Andi mengikuti seminar tentang NII yang kebetulan digelar di kampus tidak lama setelah ia dibaiat. Andi juga menceritakan, meskipun tidak merasa yakin dengan NII, ia tidak dilepaskan begitu saja. Pasca-dibaiat, anggota NII terus berupaya menghubunginya. Anggota NII juga sempat mendatanginya ke kampus.

"Dari awal dia ngancem sih, kalau keluar bakal kena musibah besar. Namun, buktinya sampai sekarang saya enggak kenapa-kenapa," ungkapnya.

Andi pun memilih untuk mengganti nomor ponselnya demi menghindari "gangguan" para anggota NII. "Dua minggu kemudian, sudah enggak dihubungi lagi," katanya.

Meskipun demikian, setelah dibaiat, Andi mengaku sempat diperkenalkan dengan anggota NII lainnya yang sekampus dengannya. "Ternyata di UI banyak, di bawah tanah, enggak keliatan, ada anak Komunikasi 2005 juga, anak FISIP, dan anak FIB," ungkapnya.

Bahkan, ada seorang anggota NII yang merupakan senior Andi, sejurusan dengan Andi di Departemen Ilmu Komunikasi. Andi juga mengungkapkan, menurut para anggota NII yang sempat dikenalnya, saat itu Presiden NII adalah mahasiswa Fakultas Ekonomi UI.

Baca juga: Testimoni Korban NII (1): Dari Diskusi Seminar hingga Dibaiat

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    PPP Disebut Tak Bisa Lolos Parlemen, Mardiono: Ketua KPU Bukan Pengganti Tuhan

    PPP Disebut Tak Bisa Lolos Parlemen, Mardiono: Ketua KPU Bukan Pengganti Tuhan

    Nasional
    Soal Dapat Jatah 4 Kursi Menteri, Ketum PAN: Hak Prerogatif Prabowo

    Soal Dapat Jatah 4 Kursi Menteri, Ketum PAN: Hak Prerogatif Prabowo

    Nasional
    Galang Dukungan di Forum Parlemen WWF Ke-10, DPR Minta Israel Jangan Jadikan Air Sebagai Senjata Konflik

    Galang Dukungan di Forum Parlemen WWF Ke-10, DPR Minta Israel Jangan Jadikan Air Sebagai Senjata Konflik

    Nasional
    Alasan PDI-P Tak Undang Jokowi Saat Rakernas: Yang Diundang yang Punya Spirit Demokrasi Hukum

    Alasan PDI-P Tak Undang Jokowi Saat Rakernas: Yang Diundang yang Punya Spirit Demokrasi Hukum

    Nasional
    Waketum Golkar Kaget Bobby Gabung Gerindra, Ungkit Jadi Parpol Pertama yang Mau Usung di Pilkada

    Waketum Golkar Kaget Bobby Gabung Gerindra, Ungkit Jadi Parpol Pertama yang Mau Usung di Pilkada

    Nasional
    Pj Ketum PBB Sebut Yusril Cocok Jadi Menko Polhukam di Kabinet Prabowo

    Pj Ketum PBB Sebut Yusril Cocok Jadi Menko Polhukam di Kabinet Prabowo

    Nasional
    Penerbangan Haji Bermasalah, Kemenag Sebut Manajemen Garuda Indonesia Gagal

    Penerbangan Haji Bermasalah, Kemenag Sebut Manajemen Garuda Indonesia Gagal

    Nasional
    DKPP Didesak Pecat Ketua KPU dengan Tidak Hormat

    DKPP Didesak Pecat Ketua KPU dengan Tidak Hormat

    Nasional
    JK Nilai Negara Harus Punya Rencana Jangka Panjang sebagai Bentuk Kontrol Kekuasaan

    JK Nilai Negara Harus Punya Rencana Jangka Panjang sebagai Bentuk Kontrol Kekuasaan

    Nasional
    JK Respons Jokowi yang Tak Diundang Rakernas: Kan Bukan Lagi Keluarga PDI-P

    JK Respons Jokowi yang Tak Diundang Rakernas: Kan Bukan Lagi Keluarga PDI-P

    Nasional
    Istri hingga Cucu SYL Bakal Jadi Saksi di Persidangan Pekan Depan

    Istri hingga Cucu SYL Bakal Jadi Saksi di Persidangan Pekan Depan

    Nasional
    KPK Akan Hadirkan Sahroni jadi Saksi Sidang SYL Pekan Depan

    KPK Akan Hadirkan Sahroni jadi Saksi Sidang SYL Pekan Depan

    Nasional
    Projo Sarankan Jokowi Gabung Parpol yang Nasionalis Merakyat

    Projo Sarankan Jokowi Gabung Parpol yang Nasionalis Merakyat

    Nasional
    Soal Potensi PAN Usung Anies di Jakarta, Zulhas: Kami kan Koalisi Indonesia Maju

    Soal Potensi PAN Usung Anies di Jakarta, Zulhas: Kami kan Koalisi Indonesia Maju

    Nasional
    Sukanti 25 Tahun Kerja di Malaysia Demi Hajikan Ayah yang Tunanetra

    Sukanti 25 Tahun Kerja di Malaysia Demi Hajikan Ayah yang Tunanetra

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com