Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dari Diskusi Seminar hingga Dibaiat

Kompas.com - 27/04/2011, 10:44 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Modus perekrutan yang digunakan kelompok Negara Islam Indonesia (NII) pada umumnya menyasar mahasiswa-mahasiswa baru untuk bergabung. Hal ini ditunjukkan pula oleh testimoni sejumlah alumni dan mahasiswa Universitas Indonesia yang disampaikan kepada Kompas.com. Mereka mengaku pernah dibujuk untuk menjadi anggota, saat baru menjejak bangku kuliah. Ada yang hanya sebatas diajak berdiskusi hingga dibaiat. Seperti yang dialami lulusan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, sebut saja Andi. Pada tahun 2006, saat ia baru memasuki dunia perkuliahan, Andi sempat menjadi korban NII. Bahkan ia sempat dibaiat dan berganti namanya.

"Saat dibaiat, disuruh pakai baju putih celana hitam, di hadapan jenderal-jenderalnya, ditunjukin kata-kata gitu," ungkap Andi, Selasa (26/4/2011).

Sayangnya Andi tidak ingat lagi kalimat baiat apa yang dimaksud. Ia menuturkan, perkenalannya dengan NII berawal dari ajakan seorang teman yang baru dikenalnya. Teman wanita yang baru dikenal Andi itu mengenalkannya dengan teman lelaki si wanita yang mengaku butuh bantuan untuk seminar penelitian.

"Akhirnya kita bertiga ketemuan, diajak ngobrol, berkenalan di tempat makan di Cilandak Town Square," ujarnya.

Namun, pada pertemuan tersebut, si teman lelaki, sebut saja bernama Rudi, tidak membahas soal  seminar yang dijadikan dalih pertemuan. Rudi, tutur Andi, malah mengajaknya berdiskusi tentang agama, ibadah dengan merujuk pada kitab suci Al Qur'an yang dibawanya. "Kalau orang masih awam, akan iya-iya saja, manggut-manggut saja dengar ceritanya," kata Andi.

Lelaki itu, lanjutnya, menjelaskan bahwa ibadah yang dilakukan Andi di Indonesia selama ini tidak sah. Karena, menurutnya, Indonesia adalah tempat yang kotor untuk beribadah. "Indonesia kotor, banyak korupsinya, lingkungannya enggak sehat, macam-macam, pokoknya jelek-jelekin Indonesia," kisah Andi.

Lantas, lelaki itu menyarankan Andi untuk berpindah ke negara yang bersih, yakni Negara Islam Indonesia agar ibadahnya sah. "Nah, dia bilang, kalau mau ibadah, ada di NII, itu jelas, bersih, sah ibadahnya," tutur Andi.

Mendengar hal itu, Andi mulai merasakan kejanggalan. Namun, rasa penasarannya menuntun Andi untuk melanjutkan diskusi hingga pertemuan berikutnya. Selang beberapa hari, Andi, Rudi, dan seorang lelaki lain yang menurut Andi adalah supervisornya Rudi, mengadakan pertemuan di sebuah tempat makan. Kali ini, lokasinya di sebuah mall di kawasan Lebak Bulus. Pembicaraan dalam pertemuan tersebut, kata Andi, pada intinya sama seperti sebelumnya. Hanya saja, lelaki yang menjadi supervisor Rudi itu lebih meyakinkan Andi untuk hijrah dari NKRI ke NII.

"Di sana digodok lagi, seperti usaha sampai korbannya enggak sadar," ucap Andi.

Masih merasa penasaran, Andi setuju untuk mengikuti pertemuan selanjutnya dan berjumpa dengan orang yang disebut komandan NII. Kemudian, ia diminta menunggu giliran untuk bertemu. "Katanya kalau mau hijrah, nunggu giliran, nunggu kloter," ungkapnya.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Soal Jokowi Jadi Tembok Tebal antara Prabowo-Megawati, Sekjen PDI-P: Arah Politik Partai Ranah Ketua Umum

    Soal Jokowi Jadi Tembok Tebal antara Prabowo-Megawati, Sekjen PDI-P: Arah Politik Partai Ranah Ketua Umum

    Nasional
    TNI-Polri Bahas Penyalahgunaan Pelat Nomor Kendaraan yang Marak Terjadi Akhir-akhir Ini

    TNI-Polri Bahas Penyalahgunaan Pelat Nomor Kendaraan yang Marak Terjadi Akhir-akhir Ini

    Nasional
    Andi Gani Ungkap Alasan Ditunjuk jadi Penasehat Kapolri Bidang Ketenagakerjaan

    Andi Gani Ungkap Alasan Ditunjuk jadi Penasehat Kapolri Bidang Ketenagakerjaan

    Nasional
    PKB Siap Bikin Poros Tandingan Hadapi Ridwan Kamil di Pilkada Jabar

    PKB Siap Bikin Poros Tandingan Hadapi Ridwan Kamil di Pilkada Jabar

    Nasional
    Hari Pendidikan Nasional, Serikat Guru Soroti Kekerasan di Ponpes

    Hari Pendidikan Nasional, Serikat Guru Soroti Kekerasan di Ponpes

    Nasional
    Bukan Staf Ahli, Andi Gani Ditunjuk Jadi Penasehat Kapolri Bidang Ketenagakerjaan

    Bukan Staf Ahli, Andi Gani Ditunjuk Jadi Penasehat Kapolri Bidang Ketenagakerjaan

    Nasional
    Anies Belum Daftar ke PKB untuk Diusung dalam Pilkada DKI 2024

    Anies Belum Daftar ke PKB untuk Diusung dalam Pilkada DKI 2024

    Nasional
    PAN Persoalkan Selisih 2 Suara tapi Minta PSU di 5 TPS, Hakim MK: Mungkin Enggak Setengah Suara?

    PAN Persoalkan Selisih 2 Suara tapi Minta PSU di 5 TPS, Hakim MK: Mungkin Enggak Setengah Suara?

    Nasional
    Kuasa Hukum KPU Belum Paham Isi Gugatan PDI-P di PTUN

    Kuasa Hukum KPU Belum Paham Isi Gugatan PDI-P di PTUN

    Nasional
    KPK Sita Pabrik Kelapa Sawit Bupati Nonaktif Labuhan Batu, Nilainya Rp 15 M

    KPK Sita Pabrik Kelapa Sawit Bupati Nonaktif Labuhan Batu, Nilainya Rp 15 M

    Nasional
    Sidang Praperadilan Tersangka TPPU Panji Gumilang Berlanjut Pekan Depan, Vonis Dibacakan 14 Mei

    Sidang Praperadilan Tersangka TPPU Panji Gumilang Berlanjut Pekan Depan, Vonis Dibacakan 14 Mei

    Nasional
    Hukuman Yusrizki Muliawan di Kasus Korupsi BTS 4G Diperberat Jadi 4 Tahun Penjara

    Hukuman Yusrizki Muliawan di Kasus Korupsi BTS 4G Diperberat Jadi 4 Tahun Penjara

    Nasional
    Airin dan Ahmed Zaki Dekati PKB untuk Pilkada 2024

    Airin dan Ahmed Zaki Dekati PKB untuk Pilkada 2024

    Nasional
    Anggota DPR Diduga Terima THR dari Kementan, KPK: Bisa Suap, Bisa Gratifikasi

    Anggota DPR Diduga Terima THR dari Kementan, KPK: Bisa Suap, Bisa Gratifikasi

    Nasional
    Mendagri Serahkan Data Pemilih Potensial Pilkada 2024, Jumlahnya 207,1 Juta

    Mendagri Serahkan Data Pemilih Potensial Pilkada 2024, Jumlahnya 207,1 Juta

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com