Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Akbar Tandjung: Pindahkan Saja ke Jonggol

Kompas.com - 06/08/2010, 08:47 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Politisi senior Partai Golkar Akbar Tandjung mendukung gagasan pemindahan ibu kota Jakarta. Menurut dia, Jakarta dinilai sudah tak mampu lagi menjadi pusat dari segala kegiatan, mulai dari pemerintahan, bisnis, pendidikan, wisata, dan lainnya. Namun, kata Akbar, pemindahan sebaiknya dilakukan di kota di Pulau Jawa.

"Kalau kita akan membangun kota baru, itu pasti akan memerlukan investasi yang sangat berat. Dulu kami pernah menunjuk Jonggol. Di sana ada tanah yang luasnya saya kira cukup. Menurut saya itu bisa digunakan karena tidak terlalu jauh dengan Jakarta," kata Akbar kepada para wartawan di sela-sela malam Penghargaan Achmad Bakrie 2010, Kamis (5/8/2010) di Balai Sarbini, Jakarta.

Terkait gagasan pemindahan ibu kota ke Palangkaraya seperti yang disuarakan banyak pihak, Akbar tak setuju. "Berapa besar biaya investasi yang akan dibutuhkan untuk memindahkan kota pemerintahan sejauh itu?" tanyanya.

Soal biaya, salah satu pencetus Tim Visi Indonesia 2033, Andrinof Chaniago, yang juga pengajar di FISIP Universitas Indonesia, memperkirakan, biaya pemindahan ibu kota pemerintahan dari Jakarta ke Kalimantan mencapai Rp 50 triliun.

"Itu biaya total sampai (kota itu) settled menjadi sebuah kota modern yang efisien," ujar Andrinof beberapa waktu lalu.

Ketika ditanya soal rinciannya, Andrinof, yang juga pengamat politik dari CIRUS Surveyor Group, merincinya. "Angka itu termasuk infrastruktur dasar, seperti jalan berikut drainase, jaringan listrik, prasarana dan sarana transportasi seperti terminal dan bandara, dan gedung-gedung pemerintahan," katanya.

Tak hanya itu, angka tersebut juga sudah termasuk tempat tinggal bagi 400.000 pegawai negeri di tingkat pemerintah pusat serta pejabat tinggi dan tertinggi negara. Namun, tempat tinggal pegawai negeri berbentuk rumah susun atau apartemen.

Proses pembangunan ibu kota pemerintahan diperkirakan berlangsung selama lima hingga sepuluh tahun.

Tinggikah angka Rp 50 triliun? "Tidak. Kami agendakan pembangunan 10 tahun dan dilakukan bertahap. Kalau setiap tahun dialokasikan Rp 10 triliun, itu tidak besar untuk kepentingan 100 tahun. APBN kita saat ini sudah lebih Rp 1.000 triliun per tahun," katanya.

Dengan biaya tersebut, kata Andrinof, pemerintah dapat melakukan efisiensi dan menggerakkan pertumbuhan moda transportasi udara dan laut nasional, memperkuat ekonomi, menghilangkan faktor penyebab struktural urbanisasi, dan migrasi penduduk ke Jawa.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ke Kader yang Akan Ikut Pilkada, Megawati: Kalau Bohong, Lebih Baik Tidak Usah

Ke Kader yang Akan Ikut Pilkada, Megawati: Kalau Bohong, Lebih Baik Tidak Usah

Nasional
Hakim: Hinaan Rocky Gerung Bukan ke Pribadi Jokowi, tetapi kepada Kebijakan

Hakim: Hinaan Rocky Gerung Bukan ke Pribadi Jokowi, tetapi kepada Kebijakan

Nasional
Belum Putuskan Maju Pilkada di Mana, Kaesang: Lihat Dinamika Politik

Belum Putuskan Maju Pilkada di Mana, Kaesang: Lihat Dinamika Politik

Nasional
Jokowi Bakal Diberi Posisi Terhormat, PDI-P: Untuk Urusan Begitu, Golkar Paling Sigap

Jokowi Bakal Diberi Posisi Terhormat, PDI-P: Untuk Urusan Begitu, Golkar Paling Sigap

Nasional
PPP Jadi Partai yang Gugat Sengketa Pileg 2024 Terbanyak

PPP Jadi Partai yang Gugat Sengketa Pileg 2024 Terbanyak

Nasional
Wapres Doakan Timnas Indonesia Melaju ke Final Piala Asia U23

Wapres Doakan Timnas Indonesia Melaju ke Final Piala Asia U23

Nasional
Ada 297 Sengketa Pileg 2024, KPU Siapkan Pengacara dari 8 Firma Hukum

Ada 297 Sengketa Pileg 2024, KPU Siapkan Pengacara dari 8 Firma Hukum

Nasional
Novel Baswedan dkk Laporkan Nurul Ghufron ke Dewas KPK, Dianggap Rintangi Pemeriksaan Etik

Novel Baswedan dkk Laporkan Nurul Ghufron ke Dewas KPK, Dianggap Rintangi Pemeriksaan Etik

Nasional
Kumpulkan Seluruh Kader PDI-P Persiapan Pilkada, Megawati: Semangat Kita Tak Pernah Pudar

Kumpulkan Seluruh Kader PDI-P Persiapan Pilkada, Megawati: Semangat Kita Tak Pernah Pudar

Nasional
Indonesia U-23 Kalahkan Korsel, Wapres: Kita Gembira Sekali

Indonesia U-23 Kalahkan Korsel, Wapres: Kita Gembira Sekali

Nasional
Jokowi Tunjuk Luhut Jadi Ketua Dewan Sumber Daya Air Nasional

Jokowi Tunjuk Luhut Jadi Ketua Dewan Sumber Daya Air Nasional

Nasional
Di Hari Kesiapsiagaan Bencana Nasional, Fahira Idris Sebut Indonesia Perlu Jadi Negara Tangguh Bencana

Di Hari Kesiapsiagaan Bencana Nasional, Fahira Idris Sebut Indonesia Perlu Jadi Negara Tangguh Bencana

Nasional
297 Sengketa Pileg 2024, KPU Siapkan Bukti Hadapi Sidang di MK

297 Sengketa Pileg 2024, KPU Siapkan Bukti Hadapi Sidang di MK

Nasional
Meski Anggap Jokowi Bukan Lagi Kader, Ini Alasan PDI-P Tak Tarik Menterinya dari Kabinet

Meski Anggap Jokowi Bukan Lagi Kader, Ini Alasan PDI-P Tak Tarik Menterinya dari Kabinet

Nasional
Rancangan Peraturan KPU, Calon Kepala Daerah Daftar Pilkada 2024 Tak Perlu Lampirkan Tim Kampanye

Rancangan Peraturan KPU, Calon Kepala Daerah Daftar Pilkada 2024 Tak Perlu Lampirkan Tim Kampanye

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com