JAKARTA, KOMPAS.com — Kabinet Indonesia Bersatu II diramalkan tidak berumur panjang. Banyaknya menteri yang berasal dari kader partai politik dianggap tidak mampu mengelola dan mengembangkan kementerian yang menjadi tanggung jawabnya.
"Banyak ketidaktepatan penempatan. Dengan komposisi kabinet seperti itu, maka tinggal saja reshuffle dalam 100 hari atau satu tahun menjabat," ujar pengamat ekonomi INDEF, Fadil Hasan, di kampus UIN Syarif Hidayatullah di Jakarta, Kamis (22/10).
Seperti yang diketahui, sebanyak 19 menteri KBI II berasal dari partai politik. Mereka menguasai pos penting, seperti Menko Perekonomian yang dipegang Hatta Rajasa dari Partai Amanat Nasional dan Menneg BUMN Darwin Saleh dari Partai Demokrat.
Menurut Fadil, banyaknya kader partai politik yang masuk kabinet memperbesar peluang terjadinya konflik kepentingan, terlebih pada sektor ekonomi. Hal tersebut sangat disayangkan karena ekonomi adalah sektor strategis yang menyangkut pendapatan negara dan kesejahteraan rakyat.
Fadil memperkirakan, masuknya parpol dalam jajaran kabinet dengan jumlah besar merupakan politik balas budi sehingga menyebabkan pos kementerian terlalu gemuk. "Untuk apa ada Menteri Negara Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal, apakah itu masih signifikan," katanya.
Sementara itu, mantan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara, Ryaas Rasyid, berpendapat bahwa dari segi proses, kepribadian, dan formasi, kabinet baru ini ada masalah. Dengan demikian, tantangan yang harus dihadapi SBY ke depan akan jauh lebih berat.
"SBY akan capek mengelola kabinetnya karena (SBY) harus repot mengajari para menterinya itu tugas baru, atau memang dia yang mau begitu," kata Ryaas.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.