Salin Artikel

Gagal ke DPR, PPP Curigai Sirekap KPU yang Tiba-tiba Mati Saat Suara Capai 4 Persen

JAKARTA, KOMPAS.com - Plt Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Mardiono mencurigai Sistem Informasi Rekapitulasi (Sirekap) terhadap formulir C.Hasil TPS yang tiba-tiba disetop KPU saat suara PPP telah mencapai 4 persen.

Mardiono merasa aneh dengan kejadian tersebut, terutama karena suara PPP sedang merangkak naik dari 3,8 persen menjadi 4,02 persen.

Hal tersebut Mardiono sampaikan dalam program Rosi di Kompas TV, Kamis (18/4/2024) malam.

Mulanya, Mardiono menyebut dirinya terkejut ketika PPP dinyatakan tidak lolos ke DPR pada Pileg 2024.

"Walaupun pada saat itu itu kita berpikir ini memang suatu keniscayaan yang memang harus terjadi, tetapi memang ada keterkejutan," ujar Mardiono.

Mardiono menjelaskan, di hari-hari menjelang Pemilu 2024, PPP sudah mempersiapkan diri dengan baik.

Dia menyebut suara PPP masih berada di atas 4 persen, berdasarkan data yang mereka himpun sendiri.

"Kita masih meyakini bahwa dari perolehan suara yang kita rangkum di pusat tabulasi nasional kita, itu kita masih bisa dapat lebih dari 4 persen. Itu menjelang pemilu kita sudah mendapatkan laporan-laporan itu," tuturnya.

Mardiono mengungkapkan, ketika perhitungan suara dimulai, KPU menyediakan real count dan Sirekap.

Suara PPP, kata dia, cenderung naik turun berdasarkan pemantauan dari teknologi yang disediakan oleh KPU itu.

Namun, Mardiono merasa aneh ketika suara PPP telah mencapai 4 persen di Sirekap, atau telah melalui ambang batas parlemen, Sirekap tiba-tiba mati.

"Terakhir itu kita setelah alami penurunan di hari ketiga, keempat, lalu kalau tidak salah kita berada dalam posisi 3,8, kemudian naik ke 3,9 sekian persen, kemudian naik lagi jadi 4,02 persen, lalu Sirekap itu mati. Tidak beredar lagi," kata Mardiono.

"Iya, iya tentu (melihat keanehan karena suara PPP sudah 4 persen, lalu tiba-tiba turun setelah Sirekap mati). Karena memang walaupun pada akhirnya KPU itu mengacu pada perhitungan secara manual, tetapi kalau ketika kita masuk ke jalan tol, kemudian kita sudah disuguhi sudah kemacetan yang di mana-mana, itu rasanya pengemudi akan trauma untuk jalankan kendaraannya untuk kemudian kita akan bisa tancap gas. Itu tentu pengaruhi psikologi kader-kader kami," sambungnya.

Sementara itu, Mardiono kembali mengungkapkan rasa ketidakpercayaannya atas tidak lolosnya PPP ke parlemen.

Dia mengungkit bahwa suara PPP sebenarnya mencapai 6 juta suara, atau berada di atas 4 persen.

Mardiono heran dengan KPU yang sudah melaksanakan pemilu berkali-kali, namun kecanggihan alat-alatnya masih dipertanyakan.

"Kemudian ada kejanggalan sedikit bahwa kenapa Sirekap dan real count itu kemudian menghilang sebelum perhitungan akhir. Sedangkan kalau kita banyak rekan-rekan juga yang tempatkan pada PPP sebagai partai yang berbasis tradisional itu, kita sudah yakini bahwa tentu KPU akan semakin canggih, karena kita sudah laksanakan pemilu sejak kita merdeka negeri ini," imbuh Mardiono.

https://nasional.kompas.com/read/2024/04/18/22471861/gagal-ke-dpr-ppp-curigai-sirekap-kpu-yang-tiba-tiba-mati-saat-suara-capai-4

Terkini Lainnya

Pemerintah Akan Evaluasi Subsidi Energi, Harga BBM Berpotensi Naik?

Pemerintah Akan Evaluasi Subsidi Energi, Harga BBM Berpotensi Naik?

Nasional
MK Tolak Gugatan Anggota DPR Fraksi PAN ke 'Crazy Rich Surabaya'

MK Tolak Gugatan Anggota DPR Fraksi PAN ke "Crazy Rich Surabaya"

Nasional
Wapres Harap Ekonomi dan Keuangan Syariah Terus Dibumikan

Wapres Harap Ekonomi dan Keuangan Syariah Terus Dibumikan

Nasional
Wapres Sebut Kuliah Penting, tapi Tak Semua Orang Harus Masuk Perguruan Tinggi

Wapres Sebut Kuliah Penting, tapi Tak Semua Orang Harus Masuk Perguruan Tinggi

Nasional
BNPB: 2 Provinsi dalam Masa Tanggap Darurat Banjir dan Tanah Longsor

BNPB: 2 Provinsi dalam Masa Tanggap Darurat Banjir dan Tanah Longsor

Nasional
Pimpinan KPK Alexander Marwata Sudah Dimintai Keterangan Bareskrim soal Laporan Ghufron

Pimpinan KPK Alexander Marwata Sudah Dimintai Keterangan Bareskrim soal Laporan Ghufron

Nasional
Drama Nurul Ghufron Vs Dewas KPK dan Keberanian Para 'Sesepuh'

Drama Nurul Ghufron Vs Dewas KPK dan Keberanian Para "Sesepuh"

Nasional
Di Hadapan Jokowi, Kepala BPKP Sebut Telah Selamatkan Uang Negara Rp 78,68 Triliun

Di Hadapan Jokowi, Kepala BPKP Sebut Telah Selamatkan Uang Negara Rp 78,68 Triliun

Nasional
Hadapi Laporan Nurul Ghufron, Dewas KPK: Kami Melaksanakan Tugas

Hadapi Laporan Nurul Ghufron, Dewas KPK: Kami Melaksanakan Tugas

Nasional
MK Tolak Gugatan PPP Terkait Perolehan Suara di Jakarta, Jambi, dan Papua Pegunungan

MK Tolak Gugatan PPP Terkait Perolehan Suara di Jakarta, Jambi, dan Papua Pegunungan

Nasional
11 Korban Banjir Lahar di Sumbar Masih Hilang, Pencarian Diperluas ke Perbatasan Riau

11 Korban Banjir Lahar di Sumbar Masih Hilang, Pencarian Diperluas ke Perbatasan Riau

Nasional
Perindo Resmi Dukung Khofifah-Emil Dardak Maju Pilkada Jatim 2024

Perindo Resmi Dukung Khofifah-Emil Dardak Maju Pilkada Jatim 2024

Nasional
KPK Usut Dugaan Pengadaan Barang dan Jasa Fiktif di PT Telkom Group, Kerugian Capai Ratusan Miliar Rupiah

KPK Usut Dugaan Pengadaan Barang dan Jasa Fiktif di PT Telkom Group, Kerugian Capai Ratusan Miliar Rupiah

Nasional
Anggota DPR Sebut Pembubaran People’s Water Forum Coreng Demokrasi Indonesia

Anggota DPR Sebut Pembubaran People’s Water Forum Coreng Demokrasi Indonesia

Nasional
Namanya Disebut Masuk Bursa Pansel Capim KPK, Kepala BPKP: Tunggu SK, Baru Calon

Namanya Disebut Masuk Bursa Pansel Capim KPK, Kepala BPKP: Tunggu SK, Baru Calon

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke