Salin Artikel

Elite Diminta Bangun Kedewasaan Berpolitik, Bukan Sebarkan Narasi Provokatif

"Elite politik kita kan juga mewarnai narasi ruang publik dengan provokasi-provokasi yang pada akhirnya ikut membelah massa di akar ruput," kata Titi kepada Kompas.com, Senin (27/8/2018).

Ia menilai situasi itu juga tak membangun pendidikan politik di kalangan masyarakat akar rumput. Sehingga, mereka juga kesulitan membangun kedewasaan dalam berpolitik dengan pandangan atau pilihan yang berbeda.

Titi juga menyoroti sikap elite politik yang tak bicara adu gagasan dan program yang diusung pasangan calon presiden dan wakil presiden. Hal ini turut berdampak pada lemahnya kemampuan publik mempelajari visi, misi, rekam jejak, hingga program pasangan calon.

"Karena bicara melulu soal orang, ya akhirnya terpolarisasi dengan bumbu-bumbu kebencian yang menguat," katanya.

Di sisi lain, Titi juga melihat polarisasi seperti ini akibat keterbatasan pilihan pada Pilpres 2019. Padahal di sisi lain, masyarakat dinilainya memiliki aspirasi politik yang beragam.

"Konflik bisa terjadi karena polarisasi yang sangat membelah di antara para paslon. Ini akibat pilihan yang terbatas di tengah Pilpres kita padahal ada banyak kelompok yang punya aspirasi politik. Akhirnya mengerucut pada dua pilihan besar berbeda," paparnya.

Ia menilai jika tak ada ambang batas pencalonan presiden, ekspresi politik masyarakat cenderung lebih berwarna dan beragam.

Sehingga narasi yang dibangun tak sebatas pada persoalan pergantian presiden atau kepemimpinan presiden dua periode.

"Bisa lebih mengarah pada politik gagasan, ide, dan program," katanya.

https://nasional.kompas.com/read/2018/08/27/10055361/elite-diminta-bangun-kedewasaan-berpolitik-bukan-sebarkan-narasi-provokatif

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke